Cinco| Welcome Selens!

607 305 306
                                    

Part 5| Welcome Selens!

Happy Reading!
Don't Forget! Vote and comment!

___

"Jangan pernah memasuki sisi gelapnya kehidupan seseorang, karena jika kau berhasil masuk. Pilhannya hanya dua. Mati atau berjuang sampai akhir!"
-Skalanta


🕊🕊🕊

"Van lo pesen apaan?" tanya Arsyi sembari menyeruput mie gorengnya.

"Hmm...." Vano bergumam panjang, tangannya mengusap-ngusap dagunya pelan, seperti orang yang sedang dilanda dilema yang berat. "Pesen apa yaa?"

"Mau pesen makanan aja, udah kaya mau netapin hukum pidana aja lo, berat amat mikirnya. Pesen cepet! Mau masuk nih!" Teriak Arsyi tak santai.

"Iya bentar, mie juga deh," pesan Vano akhirnya, melepaskan tatapannya dari papan menu yang terpajang dikantin. "Mie satu lagi ya Mamskuy!" Pesen pria berlesung pipi itu pada mami kantin. Sekarang Laveross sedang berada dikantin lantai 3. Kantin yang memang dikhususkan untuk kelas dua belas. Karena kalau dikantin umum bisa-bisa satu sekolah gempar lagi karena mereka berenam. Karena ini masih jam istirahat pertama, mereka tidak diperbolehkan untuk keluar pekarangan sekolah jadi mereka tidak bisa ke sukaramai, maka dari itu mereka semua ada disini.

"HAHAHAHA NGAKAK BANGET SYIALAN, INI ORANG-ORANG PADA KENAPASI, RECEH BANGET GUE." Tawa Vatrah dan Heza menggema dipenjuru kantin, sejoli itu sedari tak henti-hentinya tertawa terbahak-bahak melihat adegan lucu dilayar ponsel Vatrah. Sampai kedua sudut matanya berair.

LU BERDUA BISA DIEM GA?! JIGONG LU BEDUA TERBANG-TERBANG NIH KEMAKANAN GUA, KETAWA MULU LO KEMBAR SIAM!" Kesal Arsyi melihat kelakuan absurd kedua temannya itu. Tidak berbohong, karena posisi duduk Arsyi yang dekat dengan mereka, gerimis yang berasal dari mulut Vatrah hampir saja mengenai makanannya. Vatrah dan Heza sudah seperti kembar siam, karena nempel mulu sedari tadi.

"Sewot aja lo upil badak," sengit Vatrah. Tangannya mencomot mie yang berada dipiring Arsyi dengan santai, dan langsung ditampar oleh sang empunya. "Tangan lo nggak steril!" Kata Arsyi menjauhkan makanannya dari jangkauan Vatrah.

"Enak aja! Tangan gue higienis tau!" Balas Vatrah tak terima atas tuduhan Arsyi tersebut. "Pelit-pelit jodohnya lama lo Syi, mending berbagi," bujuknya.

"Nggak! Jodoh ditangan Tuhan. Siapa lo sok-sok an ngeramal jodoh gua."

"Dasar lo pelit. Gue kutuk lo jadi upil!" Vatrah menunjuk Arsyi, jari telunjuknya berputar-putar didepan wajah cowok itu.

"Setres!"

Vano yang sedang memantul-mantulkan bola kasti dimeja kantin mengalihkan perhatiannya. "Lo tinggal pesen aja ribet amat, jangan kaya orang susah napa Vat? Papa Budi yang lagi nambang batu bara bisa malu karena kelakuan miskin lo ini," ledek Vano. Ia tak habis pikir dengan temannya yang satu itu. Bokap kaya raya, tapi kelakuannya seperti orang miskin mulu.

"Oke, gue pesen. Mamskuy! Vatrah pesen mie juga ya!" Teriak cowok itu, selanjutnya ia kembali duduk disamping Heza. Dan melanjutkan ritual recehnya.

SignificaWhere stories live. Discover now