Chapter 8 - Takdir yang tidak di inginkan

14 2 0
                                    

8.30 pm





Kevin memarkir motor maticnya digarasi rumahnya. ia telah tiba dirumahnya yang tidak begitu besar.

Home sweet home, apapun bentuk rumah itu yang paling diperlukan bukanlah besar kecilnya tapi kenyamanan didalamnya. banyaknya kegiatan dari pagi membuat tubuh laki-laki terasa begitu lelah.

laki-laki itu mempercepat langkahnya karena sudah tidak sabar ingin segera pergi menuju kamar mandi, mandi, lalu rebahan dikasurnya nan empuk.

laki-laki itu kemudian membuka pintu depan rumahnya, tapi ia langsung tersentak karena seorang laki-laki yang memiliki tinggi badan setinggi dirinya sudah berdiri depannya. laki-laki itu adalah Vali, dengan memasang ekspresi seseorang yang siap mengintrogasi tersangka pembunuhan/pencurian.

"kemana saja kau baru pulang?" hardik Vali yang seketika merubah nada bicaranya menjadi lebih dingin,

"oh ya, aku lupa memberitahumu, maaf maaf, aku tadi habis menemani Amara berbelanja kebutuhan bulanannya dan juga bunda tris menawariku makan malam, aku tidak enak kan jika menolaknya" balas Kevin dengan ekspresi wajah nan datar.

Vali memperhatikan cara bicara Kevin, laki-laki itu memiliki kemampuan khusus dimana ia bisa tahu dengan lebih detail ciri-ciri seseorang yang sedang berbohong, kemampuan itu sebenarnya ia dapat dari ayah kandungnya. kemampuan ini memerlukan ketelitian khusus dalam memperhatikan setiap detail gerak-gerik lawan bicara.

Jika seseorang berbicara dengan berbohong, walau dia pintar menutupinya tapi pasti ada salah satu bagian dari tubuhnya yang menunjukkan gelagat gelisah, hal yang paling mudah adalah menatap kedua matanya lekat-lekat ketika ia berbicara.

mata adalah bagian dimana seseorang tidak akan mungkin bisa berbohong dan mulut adalah bagian termudahnya. karena itu ketika kevin berbicara tadi, Vali menatap lekat-lekat mata saudaranya, dan ia tidak melihat tanda-tanda Kevin berbohong.

"ohhh, lain kali jangan lupa mengabariku jika kau tidak ingin aku introgasi seperti ini. Yaudah sana kau kebelakang dulu, ambil jemuran yang sudah kering". perintah Vali yang langsung kembali ke ruang tengah dimana ia sedang menonton film kesukaannya.

Kevin hanya membalas dengan anggukan pelan, ia segera menaruh tasnya lalu pergi kebelakang untuk mengambil jemuran.

Rumah mereka  memiliki sebuah taman belakang berbentuk persegi tetapi tidak begitu luas, biasanya dipakai untuk menjemur dan untuk tempat nongkrong Vali dan teman-temannya.

Dibagian ujung taman belakang itu ada sebuah gudang tempat penyimpanan perkakas taman belakang tersebut.

perumahan mereka sebenarnya termasuk perumahan elit menengah dimana disetiap bagian belakang rumah terdapat taman kecil lalu ada jalan setapak yang membatasi kerumah yang berada dibelakang rumah mereka. disamping kanan kiri jalan tersebut itu terdapat tembok setinggi 2 meter, jadi setiap barisan rumah pertama dan barisan rumah kedua dibatasi oleh tembok dan jalan kecil dan seterus kearah belakang.

Saat Kevin sedang mengambil beberapa baju jemuran yang sudah kering tiba-tiba terdengar suara orang yang sedang terbatuk-batuk. sontak tatapan kevin langsung menyisir kesekelilingnya. tapi ia tidak menemukan ada seseorang disana.

'itu suara batuk siapa?' gumam laki-laki itu. ia mencoba tidak terlalu mengambil pusing dan melanjutkan kegiatannya tapi suara itu kembali terdengar dan kali ini semakin kencang, kemudian disusul suara seseorang yang meringis kesakitan.

tatapan mata Kevin kembali mengedar kesekeliling tapi lagi-lagi ia tidak menemukan seseorang disana, ekspresi wajahnya memang terlihat datar tapi didalam hatinya ia merasakan perasaan takut yang amat sangat.

DEADHAND : Rise Of The VIGILANTE (REVISI)Where stories live. Discover now