82 | tokoh panutan Sabrina

163K 18.5K 1.4K
                                    

Sebelum lanjut ke part 82, versi extended dan eksplisit adegan zane mandiin sab di part 81 udah ada di Karyakarsa dengan judul berikut:

Sebelum lanjut ke part 82, versi extended dan eksplisit adegan zane mandiin sab di part 81 udah ada di Karyakarsa dengan judul berikut:

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bisa dibaca melalui link di samping: ➡️




82 | tokoh panutan sabrina 



KETIKA Sabrina bangun di tengah malam, Zane masih terjaga di posisi yang sama, mengelus-elus punggungnya yang terbungkus dua lembar selimut—cara tercepat yang dipilih Zane tadi untuk memberinya pakaian, alih-alih memakaikan kaos dan jaket, serta celana panjang.

Sabrina mesem sambil mengelus pipi kasar Zane yang butuh dicukur itu.

"Ternyata pas bangun udah nggak pengen ngemil." Cewek itu menggumam.

Zane mendengus. "Gue nggak suka ya, lo kerja seharian sampe lupa makan begini. Serius bakal gue pecat beneran kalo keulang lagi."

Sabrina mencebikkan bibir, mengejek. "Gue resign duluan sebelum dipecat, kali. Udah resmi lulus ini. Bisa ngelamar di tempat yang lebih layak."

Zane mencubit pipinya. Dalam hati agak ngeri juga membayangkan kantornya kalau sampai ditinggal Sabrina. Pasti bakal sepi.

Hatinya juga.

"Nggak usah kerja dulu, lah, Sab. Masih muda ini. Lanjut S2 aja dulu. Gue juga rencana lanjut tahun ini. Kita tinggal bareng aja. Kalo bisa malah sekampus. Elo maunya lanjut ke mana?"

Sabrina mendengus lagi. "Jangan kayak Bimo, ya. Belum apa-apa udah mau ngasih-ngasih. Belum tentu juga besok elo masih bucin sama gue, atau sebaliknya."

Zane mencubit pipinya lagi, kali ini lebih keras. "Jangan ngada-ada, ya! Udah gue mandiin gitu, masih mau nyari cowok lain?!"

Sabrina meringis. Beringsut menaikkan posisi tubuhnya, lalu mengecup pipi Zane.

"Kita mana tau apa yang bakal terjadi besok, Bang?" Dia benamkan wajahnya di leher hangat lelaki itu. "Sekarang sih, mana berani gue kepikiran ngelirik yang lain. Gue udah jadi bucinnya elo. Lagian kalo gue tinggalin, gue taku lo dendam dan nyebarin aib gue. Bisa-bisa gue nggak laku seumur hidup."

"Nggak gitu juga, kali." Zane merengkuhnya erat. "Udah ah, jangan ngomongin yang enggak-enggak."

Sabrina diam. Cuma beberapa kali menghela napas. Menimbang-nimbang ingin mulai dari mana. Banyak yang ingin dikatakannya, dan semuanya tercekat di kerongkongan.

"Btw ACnya nggak mau dinyalain lagi? Elo nggak mati kegerahan apa?" tanya perempuan itu akhirnya, baru sadar dirinya sudah tidak kedinginan lagi.

Zane menunduk memandangnya.

Warning: Physical Distancing! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang