25 | what are you dreamin' about?

200K 20.7K 1.3K
                                    

Absen dulu dong wahai pembaca baru. Biar w kenal.




25 | what are you dreamin' about



MELIHATNYA keluar dari kamar mandi tanpa berpakaian, bukannya pamit undur diri, Sabrina malah mematung di tempatnya, tidak nampak gentar sedikitpun. Alis Zane kontan bertaut.

Sekarang apa lagi maunya ini cewek?

"Paan?" tanyanya saat perempuan itu tidak juga beranjak pergi meski sudah dipelototi. "Mau lihat gue ganti baju?"

Itu bukan tantangan apalagi tawaran. Zane sama sekali tidak berniat menawarkan dirinya untuk dijadikan tontonan, apalagi oleh Sabrina. Dia tadi cuma kelepasan ngomong karena gemas.

Sabrina tersenyum tipis. Tidak seperti biasanya, kali ini Zane merinding sendiri melihatnya. Seperti bukan Sabrina yang sedang tersenyum.

Fix, dia kesurupan!

"Boleh. Buruan, gih. Gue tungguin." Perempuan itu berkata dengan enteng, melipat kedua tangannya di depan dada.

Nah, kan, dia kesurupan! Ini jelas setan yang sama dengan yang merasukinya di kantor kemarin. Yang membuat gadis itu menempel-nempel padanya sepanjang hari.

Sambil bergidik, Zane berjalan menghampirinya.

Bahkan Sabrina tetap bergeming saat Zane menempelkan punggung tangan ke dahinya, tidak menunjukkan wajah tersinggung.

"Obat lo abis? Makanya jadi gampang kesurupan gini?" tanya Zane ketus.

Sabrina mendengus, menepis tangan Zane dari dahinya. "Cemen lo."

"Lah?" Zane mengernyitkan, benar-benar tidak habis pikir. Cewek ini kalau lagi kumat gilanya serem juga. Mau nonton katanya? Dikira Zane ini sirkus?!

Sabrina belum ingin beranjak. Masih terus memandangnya dengan kedua alis terangkat.

Zane lalu menghela napas panjang. Mencoba tidak ikut-ikutan gila.

Gadis yang berdiri selangkah di hadapannya ini secara fisik memang adalah tipikal magnet beda kutub yang jelas mampu menariknya dengan kuat. Wajah yang pagi ini cantik natural tanpa polesan makeup. Rambutnya yang sedikit bergelombang terurai berantakan. Dan kulit putihnya yang menguarkan wangi vanilla, memanjakan indera penciuman Zane. Kalau boleh jujur, tentu bukan hal yang sulit bagi Zane yang notabene laki-laki normal untuk membayangkan dirinya mendorong pelan Sabrina hingga terbaring di kasur, menarik lepas kaos yang membungkus tubuhnya, menciumi seluruh lekuknya yang pasti terasa manis, membuat gadis itu melayang hingga lupa bahwa mereka masih berada di bumi.

Memikirkannya saja sudah membuat tengkuk Zane meremang.

Zane lalu tersenyum miring. "Yakin?" tanyanya. Meski dia yakin betul Sabrina hanya bercanda, tapi seandainya keyakinannya meleset, ah ... makin merinding Zane membayangkannya.

"Elo kali, yang nggak yakin." Sabrina malah makin ngelunjak. "Kenapa? Nggak pede?"

"Lo kenapa demen banget nyari gara-gara sama gue, sih?"

"Perasaan situ yang nantangin duluan!" Sabrina mencibir.

"Serah lo." Zane menyerah, berjalan meninggalkan Sabrina menuju lemari besar di sudut. "Oh iya. Elo kan udah pernah lihat gue cuma pakai boxer doang, ya. Lupa gue. Pantes sekarang pengen lebih."

Zane mendengar Sabrina mendengus di balik punggungnya.

Dengan santai lelaki itu mengambil boxer di drawer, lalu mencopot handuk yang melilit pinggangnya, mendadak sadar suara Sabrina sudah tidak terdengar lagi.

Warning: Physical Distancing! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang