33 | physical un-distancing

195K 20.5K 1.1K
                                    




33 | physical un-distancing



"SAB, inget, physical distancing."

Teguran dari Zane itu sontak menyadarkan Sabrina betapa menjijikkannya kelakuannya barusan.

Buru-buru dia lepaskan tautan lengannya yang melingkari tubuh Zane, hilang muka. Kalau Juned, Karen, dan Timothy tahu ini, pasti dia akan kena bully seumur hidup. Dan kalau Akmal yang tahu, mungkin dia akan langsung dipulangkan ke rumah kakaknya.

Sabrina berdehem. "Kenapa nggak bilang dari tadi? Mana kita abis dari tempat umum, nggak tahu baju lo udah ketempelan apaan aja."

Zane cuma bisa melongo. Kalau berdebat dengan Sabrina, biarpun cewek itu yang salah, tetap saja dirinya yang bakal disalahkan. "Please, gue ini korban, loh! Siapa suruh lo ngendus-endus baju gue kayak kucing gitu?"

Sabrina mendengus kesal. "Udah, deh, buruan ke PMI. Keburu ishoma."

"Itu ingus ngegantung di hidung nggak mau dibersihin dulu?" cibir Zane, nggak kalah kesal, sambil mulai memasang seat belt.

Sabrina cepat-cepat memeriksa hidungnya lewat kaca spion.

Nggak ada apa-apa! Sabrina ngupil di tempat umum aja nggak pernah, apalagi membiarkan ingusnya meler ke mana-mana?!

"Nggak lucu, tau nggak?!" Sabrina melotot.

Zane ngakak, kemudian segera tancap gas, karena dia juga tidak suka lama-lama berada di luar saat seharusnya karantina begini. Apalagi sebentar lagi sudah waktunya makan siang.


~


Seperti biasa, begitu sampai di rumah, Jun memerintahkan keduanya menyemprot diri dengan desinfektan sebelum masuk, kemudian langsung mandi keramas, dan baju kotor langsung masuk mesin cuci.

Jun yang kebagian membongkar belanjaan, ditemani Milo yang sudah tidak sabar mencicipi makanannya yang baru dibelikan.

Jun benar, Milo dan dirinya sudah akrab sekarang, seperti om dan keponakan.

"Siang makan apa, nih?" tanya Sabrina begitu keluar dari kamar mandi, sambil mengeringkan rambut dengan handuk.

Sejak di perjalanan pulang tadi, dia memang sudah lapar, tapi ternyata Jun masih belum selesai juga membongkar belanjaan, mencuci semua kemasannya, tidak lupa memakai APD lengkap biar aman.

Jun menoleh. "Tenang, udah gue bikinin pasta, kok. Pakek smoke beef kesukaan lo."

Sabrina manggut-manggut, hendak masuk ke kamar untuk mengambil hair dryer dan ganti baju. Tapi di depan pintu kamar Zane, Juned mendorongnya paksa sampai masuk, kemudian menutup pintunya dari luar. Saking kerasnya dorongan itu, Sabrina sampai terjatuh mencium lantai.

"Juned bangsat, sakit, dodol! Gue bales lo!"

Sabrina mengutuk, menahan sakit di pantat dan lengannya, kemudian berdiri tertatih-tatih menuju pintu.

Bokongnya tergolong minim otot. Jelas sakit sekali kalau tulang ketemu granit!

Kenop pintu tidak bisa diputar.

Sudah terkunci.

"Eh, nggak lucu, kampret, keluarin gue!" serunya.

Tidak ada sahutan. Amarah Sabrina naik ke ubun-ubun.

Warning: Physical Distancing! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang