6 | kaum otak kanan

343K 26.1K 502
                                    




6 | kaum otak kanan



ZANE segera menuju pintu, tapi anehnya, Sabrina malah mengejarnya. Mencegahnya keluar.

Tangan keduanya bertumpukan di knop pintu.

Jantung Zane serasa mau copot.

Gila, udah berhari-hari, tetep aja rasanya nggak biasa. Terus-terusan berada di dekat Sabrina nggak baik untuk kesehatan jantungnya. Lama-lama dia bisa mati muda.

Zane menoleh.

Sabrina menggeleng dengan tatapan memohon.

Ini perempuan satu maunya apa, sih?

Zane berusaha keras menetralkan ekspresi wajahnya, menetralkan kecepatan denyut jantungnya. Bisa malu tujuh turunan kalau Sabrina tahu apa yang terjadi malam Minggu kemarin, dan bahwa sekarang hanya dengan berada dalam satu ruangan yang sama dengan perempuan itu sudah membuatnya merasa tidak nyaman.

Merasa bersalah? Not really. Just distracted. A little bit. Rasanya hanya dia tidak akan pernah bisa melihat Sabrina sama seperti dulu lagi.

"Ada yang mau gue tanyain. Hasil meeting sama Mbak Verial kemarin," ujar perempuan itu padanya.

Ah. Tadi kecoak, sekarang meeting. Jelas cuma mengada-ada. Stafnya nggak ada yang doyan extra miles. Apalagi inisiatif menanyakan project yang bahkan belum dia umumkan ke seluruh tim.

Tapi melihat ekspresi memohon itu, dia seperti terhipnotis dan menurut saja ketika Sabrina menarik salah satu stool dan menyuruhnya duduk.

Dia menjelaskan sekenanya karena yakin Sabrina tidak benar-benar mempedulikan penjelasannya.

Tiba-tiba pintu terbuka dan Iis melongok masuk.

Sabrina langsung terlihat panik, menyentuh paha Zane sembunyi-sembunyi di bawah meja.

Ini perempuan memang yang paling nggak peka sedunia. Mungkin pas nyiptain dia, jiwanya tertuker sama Junaedi.

Sabrina memelas.

Kecoak yang ingin dia hindari itu si Iis?

Kan sialan lagi. Zh, utukutuk. Kenapa dia jadi dibawa-bawa ke masalah pribadi?

"Ngapain pada di sini?" Iis bertanya polos. Zane sungguh tidak bisa menebak ada masalah apa di antara para cewek. Iis jelas bukan tipe perempuan yang perlu dihindari. Dia baik dan lembut. Spesies yang jelas akan laku duluan dibanding jenis Sabrina, Timothy, apalagi Karen. Dan memang terbukti. Cuma Iis yang sudah taken di antara mereka berempat.

Zane bangkit demi menyelamatkan kantornya dari suasana tegang dan tidak nyaman di pagi hari, menggiring Iis keluar pantry.

"Nanti kopi gue bawain ke atas, ya, Sab," ujarnya sebelum berlalu.

"Siap, Bos," sahut Sabrina. Kemudian gadis itu menggumamkan terima kasih tanpa suara.


~


Tidak ada meeting internal pagi ini karena Iis, Gusti, dan Junaedi harus pergi ke venue sebuah acara seminar nasional yang akan berlangsung besok pagi, memastikan ruangan dan segala macam tetek-bengeknya sudah disiapkan sesuai dengan konsep. Sisanya tetap berada di kantor, mengerjakan project masing-masing.

Warning: Physical Distancing! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang