02. It's Hurt!

Beginne am Anfang
                                    

Kelas unggulan apanya, bahkan baru beberapa hari saja kelakuan seisi kelas ini sungguh random. Tidak ada bedanya dengan kelas lainnya. Sungguh.

Beberapa menit kemudian bel berbunyi menandakan waktu istirahat. Pak Sucipto keluar dari kelas disusul dengan teman-temanku yang juga keluar kelas untuk pergi ke kantin tentunya.

“Al gak ke kantin?” Tanya Mutiara, gadis berkerudung yang menjadi teman sebangkuku itu.

“Gak ah, gak laper.” Jawabku.

“Eh kamu sakit? Pucet banget, mau ak antar ke uks?” Mutiara menggerakkan tangan menyentuh dahiku, memeriksa suhu tubuhku.

“Aelah gue gapapa ukhty, kemaren kurang tidur gara-gara maraton drakor.” Dustaku, tersenyum palsu meyakinkan.

“Ya Allah bisa-bisanya.” Ucapnya tertawa melihat tingkahku. “Kalau kamu mau nitip makanan atau minuman, kirim pesan ya. Nanti aku bawain.” Lanjutnya.

“Asiap.” Balasku, tersenyum manis.

Mutiara pergi ke kantin hanya menyisakan aku sendiri di dalam kelas. Meletakkan kepala diatas meja dengan tangan yang kulipat sebagai bantalan. Memejamkan mata mencoba menenangkan diri.

Aku merasakan bangku sebelahku bergerak, aku menyerngit ketika seseorang menyodorkan roti dan sekotak susu ke arahku.

“Kenapa gak ke kantin?” Tanyanya yang juga meminum susu kotak rasa coklat itu.

“Buat gue?” Tak menjawab pertanyaan Dimas, aku malah balik bertanya.

“Kebiasaan kalau ada orang nanya tuh dijawab dulu.” Menjitak ringan kepalaku. “Iyalah buat lu, kalau ga mau siniin.” Aku memukul tangannya mencoba meraih roti dan susu yang berada diatas mejaku.

“Enak aja, timbilan lu nanti.” Mengambil susu dan roti itu mengamankan agar tidak diambil kembali oleh Dimas. “Kenapa rasa strawberry sih, gue kan suka yang coklat.” Ujarku ketika meminum susu pemberian Dimas.

“Udah dikasih, gabilang terima kasih malah marah-marah. Gatau diri lu bocah.” Jelasnya panjang lebar, tak terima.

“Iya-iya makasih abangku.” Ucapan terima kasih yang sungguh sangat ogah-ogahan itu.

Aku dan Dimas memang seperti adik kakak. Dia suka memanggilku bocah dan aku terkadang memanggilnya abang. Dimas juga sudah punya kekasih asal kalian tahu.

“Oh ya nanti setelah salat zuhur lu disuruh ke kantor kesiswaan sama Pak Puji.”

Mendengar pernyataan dari Dimas aku hanya mengangguk sebagai balasan, pasti tentang masalah OSIS, memangnya untuk apalagi ia dipanggil ke ruang kesiswaan jika tidak tentang OSIS.

🌹🌹🌹

Author pov

Gadis berambut panjang berwarna hitam legam, kulitnya kuning langsat khas pribumi, wajahnya terlihat sangat fresh sehabis salat zuhur tidak seperti pagi tadi yang terlihat kusut.

Menuruni tangga dan berjalan melewati lorong yang berada di lantai 1 menuju ruang kesiswaan berada. Berjalan dengan garis wajah yang terlihat sangat angkuh, padahal lantai 1 adalah tempat kelas 12 berada.

REAL - It's DifferentWo Geschichten leben. Entdecke jetzt