TUJUH [KENYATAAN]

57.7K 3.2K 127
                                    

Kalau gak tau apa-apa gak usah ngomong.

AUAH
-febiyollafn

☁️☁️☁️

Saat ini kelas Ipa 2 sedang ramai sekali karena guru yang harusnya masuk, sedang berhalangan hadir membuat kelas menjadi ribut.

Sang ketua kelas telah berusaha menertibkan teman-teman sekelasnya namun hasilnya selalu gagal, hingga capek sendiri karena tidak ada yang mengubris teriakannya.

"Geus lah Ji, percuma" kata Abra yang merasa kasihan melihat sohibnya tidak dihiraukan.

"Urang nu dicarekan ku wali kelas mah" kata Fajri kesal lalu duduk dibangkunya. *saya yang dimarahin sama walikelas.

Teman-teman kelas Ipa 2 yang melihat kekesalan Fajri pun akhirnya berhenti untuk membuat onar, dan suara-suara berisik yang memenuhi kelaspun tidak terlalu berisik walaupun masih mengobrol namun dengan suara pelan.

Fajri membuang nafasnya lelah, selalu saja begini menunggu Fajri marah dan tidak peduli mereka akan berhenti sendiri.

"Sorry ya Ji kita nyusahin lo" kata Keisya menghadap kebelakang karena Fajri duduk dibelakangnya bersama Abra.

Sedangkan Keisya sebangku dengan Rena diurutan kedua, bangku paling pojok dekat jendela.

"Ayang Keisya gak usah minta maaf Fajri udah biasa diginiin apalagi dikecewain Senja ya Ji" kata Abra menyahut genit kepada Keisya.

Sedangkan Keisya malah terdiam saat mendengar kalimat terakhir yang dikatakan Abra 'dikecewakan Senja ya ji'. Keisya tak mengerti maksud perkataan Abra.

"Ngapain sih lo ganggu Keisya mulu, gak kapok apa lo dihajar Dito" cibir Rena yang ikut membalikan badannya saat mendengar perkataan Abra.

"Peduli setan, ngapain lo ikut-ikut. Asalkan lo bilangin sama si Dito, kalo dia mau hajar gue, ngaca dulu apa dia gak punya salah sama si Keisya" kata Abra tak terima dan berbicara dengan semangat empat lima.

Fajri pergi begitu saja karena ia mumet mendengar ocehan Abra dan Rena yang tidak akan pernah selesai.

"Woi Ji maen pergi gitu aja" teriak Abra saat melihat Fajri sudah didepan pintu kelas.

Abra berniat ingkn menyusul Fahri namun ditahan oleh Keisya.

"Abra boleh gak gue aja yang nemuin Aji, sekalin ada yang harus gue tanyain juga" kata Keisya menahan Abra yang akan melangkah.

"Yayang Keisya ngapain nemuin Fajri mending ngobrol sama aa Abra aja" kata Abra lembut.

Tuk

"Njir" risngis Abra saat kepalanya dijitak oleh Rena. "Naon sih riweh" kesal Abra.

"Geli gue dernger kata-kata lo buat Keisya" kata Rena dengan jijiknya.

"Lah kenapa lo yang pusing Keisya aja biasa-biasa" kata Abra.

"Lo ngomongnya dideket gue geli telinga gue"

"Jangan didenger apa susahnya"

"Gue punya telinga"

Keisya menggeleng melihat pertengkaran mereka yang selalu terjadi pun akhirnya pergi begitu saja, tanpa menghiraukan panggilan mereka.

Keisya berkeliling sekolah mencari keberadaan Fajri, ia bingung mencara Fajri kemana. Karena Keisya tak sedekat itu untuk mengetahui dimana tempat Fajri saat-saat seperti ini.

Setelah hampir mengelilingi sekolah, Keisya tak menyangka saat melihat Fajri berada didalam perpustakaan sekolah.

Tanpa mikir lagi Keisya langsung masuk kedalam perpus dan menghampiri Fajri yang sedang memilih buku hukum.

about us and him ✔️Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt