"Buset kak, dah kek teroris aja lu" celotehan adiknya yang memandangi pakaiannya. Hm memang seperti teroris sih. "Training item, hoodie item, masker item. Gak sekalian pake kaca mata item?"sarkasnya.

"Kalau kakak pake ijo-ijo nanti dikira ojek online. Mending gini lah" ucapnya berusaha untuk menyanggah kritikan sang adik.

"Ribet amat idup lu kak" celotehan sang adik setelah menaiki motor.

"Hm memang" gumamnya acuh.

Aliana menjeput adiknya yang baru saja selesai latihan taekwondo. Adiknya itu memang cerewet, ya meskipun ia juga cerewet sih. Tasya Andriani Putri adik perempuannya yang terkadang bisa menjadi seperti teman sendiri. Adiknya itu sangat berbakat, buktinya banyak penghargaan yang didapat oleh adiknya untuk bela diri taekwondo.

Adiknya sudah belajar taekwondo sejak sekolah dasar dan itu sudah di biayai pemerintah untuk latihan mingguannya.

Jika saja bukan pemerintah yang membiayai mungkin bakat sang adik akan terpendam, secara orang tuanya mana mungkin mau membiayai uang untuk latihan dan biaya pendaftaran kejuaraan.

🌹🌹🌹

Sang kepala keluarga menoleh melihat putri bungsunya, sambil menghela napas kasarnya. Makan malam bersama keluarga tapi tak ada kehangatan di ruangan ini, ditambah putri sulungnya yang terlihat jengkel karena masalah siang hari tadi.

Mencoba mencairkan suasana, sang kepala keluargapun membuka suara. "Besok kamu udah mulai masuk SMP, semuanya udah disiapin kan?" tanyanya kepada si bungsu.

Mendengar pertanyaan yang ditujukan untuk dirinya, sibungsu pun mengurungkan diri untuk menyuap makanan. "Udah kok yah, besok berangkat juga sama kakak" menoleh pada kakaknya yang terliat seperti singa betina, sungguh menyeramkan.

Ah iya, Tasya diterima di sekolah yang sama dengan dirinya, sekolah terpadu. Adiknya bersekolah di SMPnya yang dulu lewat jalur prestasi, Aliana yang merekomendasikan adiknya langsung kepada wakil kesiswaan. Aliana cukup punya nama baik di SMPnya dulu, dia sangat dikenal baik oleh guru.

"Aku udah selesai" Aliana bangkit dari kursi dan mengambil ponselnya yang berdering.

Ia menuju kamarnya dan menutup pintu.

Kamar yang tidak terlalu luas, tapi cukup rapi dengan barang minimalis, hanya ada ranjang yang cukup untuk satu orang, almari kayu dengan cermin, meja belajar dan kursi.

Ia duduk dikursi yang berada tepat di depan meja belajarnya. "Hm?" sahutnya setelah mengangkat panggilan.

"Besok jangan lupa, lo jadi panitia untuk MPLS." Suara pria disebrang sana yang ia yakini pasti sedang frustasi dengan proposal beserta tetek bengeknya.

* MPLS = Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (atau dulu biasa disebut MOS)

Aliana yang sedang diperingati malah merotasikan bola matanya malas. "Iya-iya udah tau. Kemaren juga udah ikut rapat."
Jawabnya ogah-ogahan.

"Gue cuma takut lo berangkat telat Al. Besok panitia harus berangkat pagi. Grup chat OSIS juga dilihat dong, jangan dipendem aja tu notif-" omel pria yang menjadi ketua pelaksana MPLS tersebut terputus ketika sengaja Aliana mematikan panggilan.

Aliana yakin 100% pria itu sedang mencak-mencak sekarang

Memang disengaja ia tadi tidak membuka line, karena ada satu hal yang membuat darahnya naik.

Segera setelah ia memutuskan panggilan ia membuka line dan terlihat banyak sekali notifikasi, namun setelahnya ia memijat pangkal hidungnya melihat pesan yang ia kirim diabaikan oleh PO.

PO adalah singkatan dari Pengutang OSIS, Aliana sendiri yang mebuat istilah itu untuk oknum-oknum laknat yang punya hutang kepada OSIS.

Dia mengirim pesan pada semua PO, ada yang sudah dibaca dan ada yang membalas. Hm ya setidaknya mereka membalas tidak seperti oknum terlaknat satu ini, berani-berani iya mengabaikan puluhan pesan yang ia kirim.

LINE

PO 400k

*PO = Pengutang OSIS (istilah yang dibuat oleh Aliana sendiri :v)

*400k = jumlah hutang yang dimiliki

"Kurang ajar!" ia menggertakkan gigi frustrasi melihat satu nama yang berani mengabaikan pesannya

"Kurang ajar!" ia menggertakkan gigi frustrasi melihat satu nama yang berani mengabaikan pesannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


~ Terima kasih untuk yang sudah mengapresiasi ~

REAL - It's DifferentWhere stories live. Discover now