ketakutan

8.9K 672 7
                                    

"Yurr.. sayur!"

Mang Asep melihat sekeliling yang sangat sepi, tapi mata nya tertuju kepada halaman rumah pak Utsman. Mang Asep semakin mendekat dan berhenti saat melihat dua seorang kekasih sedang berpelukan.

"Ka Salwa kalo mau pacaran itu ditaman bukan didepan rumah!" Teriak mang Asep dengan menahan tawanya.

Refleks Salwa langsung menjauh dari Hariz, menatap mang Asep kesal . Hariz berdiri dan membersihkan celana nya yang sedikit kotor karna berlutut dibawah.

"Ihh mang Asep sirik bilang" ujar Salwa.

Mang Asep tertawa," emang ya pengantin baru mah suasananya beda" lantas pergi.

Ingin sekali Salwa melempar gerobak sayur ke ujung dunia tapi sayang Ongkir nya pasti mahal. Salwa berdiri dan melakukan hal yang sama seperti Hariz membersihkan celananya.

"Celana saya kotor gara-gara kamu." Celetuk Hariz.

Salwa melihat ke arah Hariz," loh ko gara-gara Salwa sih"

"Kalo aja kamu mau berdiri saya gak perlu berlutut dan peluk kamu"

"Oh jadi mas Hariz nyesel nih meluk salwa?" Tanya Salwa dengan muka kesal dan tangan di pinggang.

Hariz melihat dan beberapa menit kemudian Hariz tertawa, Salwa melotot tidak mengerti dengan Hariz yang tiba-tiba tertawa.

"Ko ketawa sih!"

"Kamu lucu." Ucap Hariz lalu tersenyum.

Salwa langsung mencubit tangan Hariz, "ngeselin banget sih mas!"

Hariz tersenyum berusaha memegang tangan Salwa dan menarik kepelukannya. Salwa kaget, tapi dia hanya bisa diam saat Hariz mengatakan untuk tidak bergerak karna dia merasa nyaman.

"Tetap jadi Salwa yang seperti ini jangan berubah."

Hariz mengatakan itu kepada Salwa dan mencium kening Salwa. Rasanya nikmat Tuhan tidak ada yang bisa kita dustakan jika kita bersyukur. Salwa bersyukur memiliki Hariz,suami yang selalu ada dan selalu membuat hati nyaman.

Hariz melepaskan pelukannya, lalu memegang pipi Salwa lalu mengatakan sesuatu yang membuat Salwa hampir menitikkan air mata.

"Percayalah kamu wanita yang saya miliki saat ini setelah umi saya. Jangan pergi tetap bersama saya hingga  kematian yang memisahkan."

Salwa diam tapi matanya mengatakan bahwa dia benci dengan perpisahan dia tidak mau ditinggalkan oleh laki-laki yang dia cintai cukup sekali saja dia pernah berada diposisi tersebut sekarang dia tidak mau. Memang kematian akan datang kapan saja dan tidak memandang tua atau muda tapi Salwa sangat takut itu terjadi.

"Salwa gak mau pisah sama mas Hariz" mata Salwa sudah berkaca-kaca.

Hariz tersenyum ," ada saatnya saya harus pergi dan ada saatnya juga saya bertahan. Itu semua sudah keputusan Allah. "

Sudah tidak bisa dibendung lagi air mata Salwa sudah turun dengan rasa takut. Takut kehilangan. Salwa memegang jas dokter Hariz dengan erat seakan memberitahukan jangan pergi tetap disini.

"Salwa gak suka mas Hariz ngomongin begituan hiks..Salwa takut..hiks" Salwa menunduk dan menumpahkan segalanya.

Hariz kaget, dia tidak bermaksud untuk membuat Salwa menangis. Dia hanya mengatakan bahwa Salwa harus ikhlas jika dia pergi. Hariz memeluk Salwa untuk menenangkan Salwa untuk tidak menangis.

"Tenang sayang, saya bakalan ada disamping kamu. Jangan nangis lagi" kata hariz dengan mengelus kepala Salwa dan menciumnya.

"Tapi mas Hariz jangan ngomongin perpisahan. Salwa gak suka!" Kata Salwa dengan cemberut.

My Husband Tetanggaku                                  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang