75 | gold digger

Comincia dall'inizio
                                    

"Ya keren aja. Tadi gue kira umur empat puluhan kan ya. Eh ternyata udah lima puluh lebih, dan nggak kelihatan kayak Om-Om. Orangnya asyik, dan bisa kelihatan cocok banget gitu sama Ibel."

"Punya anak?"

"Gue nggak nanya." Sabrina mengecup bibirnya. Zane mengusap-usap punggungnya. "Tapi kalau punya anak, paling udah seumuran kita, ya? Woow ... anak sama calon ibu tiri nggak beda jauh dong. Gue jadi khawatir."

"Khawatir karena?"

"Yaah ... si cowoknya ini kayaknya tajir abis gitu. Orang gue sering lihat Ibel dianter jemput supirnya pakek Bentley. Pasti sama keluarganya, dia bakal dicap gold digger, deh. Nggak ngebayangin aja, nanti dramanya kayak gimana, apalagi kalau anaknya udah pada gede-gede gitu."

"Kebanyakan nonton drakor lo!"

Sabrina manyun. "Mereka udah mau ketemu Papi. Bulan depan pas gue wisuda, elo gue kenalin juga, ya?"

Zane mesem. "Siap."

Lalu pandangan Zane tidak sengaja turun ke kaki Sabrina yang melingkari pinggangnya.

Kaosnya jangan ditanya. Jelas sudah tergulung naik melewati pinggangnya sendiri, membuat Zane susah payah berlagak tidak melihat lace panty-nya yang kali ini berwarna hitam.

"Luka yang kena kopi udah ilang semua, ya? Nggak perlu di laser?"

Sabrina mengangkat bahu. "Lumayan." Perempuan itu lalu berbisik ke kupingnya. "Yang di perut udah nggak kelihatan, sih. Jadi pas outing ke Bali, gue masih bisa pakek bikini."

Zane kontan melotot. "Gue pindah lokasi outingnya ke puncak!"

"Ih jahaaat!"

Sebelum Sabrina sempat mencubit pinggangnya, Zane sudah duluan mencekal tangannya.

Sabrina pringas-pringis.

"Tolong itu selimutnya dibenerin," bisik perempuan itu jahil.

Zane melirik sekilas. Selimutnya masih aman pada tempatnya.

"Kalo kebuka, jelas kerjaan kaki lo lah!" Zane melepaskan tangannya.

"Oh yaaa?" Sabrina mencibir sok imut, menggulingkan tubuh dan menduduki perut Zane, mengalungkan lengan di lehernya. Menghujani wajah di hadapannya itu dengan kecupan sampai bosan, barulah menegakkan diri. "Gue berasa menduduki something," ujarnya kemudian, sok serius.

Zane mendengus pelan. "Elo cuma duduk di perut. Jangan ngada-ada."

"Really?" Sabrina meraba-raba yang didudukinya, yang ternyata cuma gumpalan selimut.

"Dih, kan sotoy."

Sabrina mengabaikannya. Mencium bibirnya lagi.

"Papi lo demen calon mantu yang kayak gimana?" tanya Zane setelah Sabrina melepaskan diri.

"Yang baik ke anaknya."

Sabrina menciumnya lagi. Zane mengelus-elus kulit punggung d balik kaosnya sambil sesekali ketawa-ketiwi. "No hickey, please," katanya saat ciuman Sabrina mulai ke mana-mana.

Sabrina ngakak. "Jijay. Gue bukan vampir."

"Tapi lo nggigit! Kemarin anak-anak sampe heran ngelihat bibir gue jontor!"

"Dih, itu kan elo kegigit sendiri pas makan! Ngarang!"

Setelah giginya terasa kering, Zane akhirnya berhenti tertawa, merapikan lagi rambut panjang Sabrina ke belakang kupingnya. Kemudian mendekapnya.

"Udah ah, jangan kenceng-kenceng ketawanya. Nanti kita digedor-gedor ama tetangga sebelah. Udah waktunya orang tidur."

Sabrina merem "Oke sip. Tapi btw, itu tangan kenapa udah masuk-masuk ke dalem kaos orang sembarangan, ya?"

"Refleks." Zane menyahut kalem.

Lalu suara benda bergerak di nakas mengalihkan perhatiannya.

Ponsel Sabrina.

"HP lo, Sab."

"Hmm."

Zane meraihnya. "Emot love ini siapa? Kagak ada namanya."

"Huh?" Sabrina melotot, langsung menegakkan diri, merebut ponselnya dari tangan Zane.

Wajah Papinya sudah ada di layar, dengan dahi mengernyit, terlihat sedang mencerna situasi.

Kontan Sabrina mengakhiri panggilan video yang sudah terlanjur tersambung itu.

Badannya lemas seketika.

"Zane!" Perempuan itu berguling dari perutnya dengan wajah pucat pasi. "Kok video call dari Papi lo angkat, sih? Mati gue! Mana lo shirtless gitu, pasti dikira lagi ngapa-ngapain!"



... to be continued


Biar gak pada pusing, nih w kasi visual abang roger versi rapi dan pencahayaan bagus. Banyak wrinkles tapi masih ganteng.

 Banyak wrinkles tapi masih ganteng

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.


Ini versi bikin w kesengsem, wkwk.

Ini versi bikin w kesengsem, wkwk

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.



Warning: Physical Distancing! [COMPLETED]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora