"Gila lo ya?! Sana copot di kamar mandi, ih!"

"Yaelah, Sab. Cepat atau lambat juga lo lihat."

Sabrina lalu menjewer kupingnya. "Iya, tapi nggak sekarang!"

"Dih, kemarin kalo gue nggak nolak, pasti udah kelar lo grepe-grepe di kamar mandi!"

Zane mencoba melepas boxernya sekali lagi, dan tangannya langsung ditahan Sabrina.

Perempuan itu lalu memaksanya berjalan masuk ke kamar mandi dengan tangan dipegangi di balik punggungnya.

"Baju ganti gue mana?" Zane berteriak-teriak begitu dirinya sudah dikunci Sabrina dari luar.

"Tunggu bentar!"

Sabrina membuka pintunya sedikit, lalu melemparkan setumpuk pakaian padanya, satu-satunya pakaian ganti Zane yang ada di rumahnya. Zane berusaha menangkap, tapi meleset, jatuh ke lantai yang basah.

"Sengaja kan lo?" Zane menuduhnya.

Sabrina ternganga, kemudian membanting pintunya hingga menutup lagi. "Udah lah, nggak usah pakek baju. Cepat atau lambat juga gue lihat!"


~


Saat Zane keluar dengan selembar handuk melingkari pinggang, Sabrina hanya memincingkan sebelah mata.

"Sok seksi lo!" cibirnya, lalu buang muka.

Zane cuma mesem.

Memang dia seksi, mau diapain lagi?

"Sepi amat. Milo udah bobo?" tanyanya sembari berjalan mendekat.

Mendengar itu, Sabrina jadi ngakak sendiri, batal pasang tampang angker. "Ngapain nanya-nanya? Geli tau! Elo kayak bapak-bapak mau berbuat mesum, nanyain anaknya udah tidur apa belum!"

Zane ikut ngakak dan beringsut ke sisinya.

Sabrina melotot. "Itu handuk kering, nggak?"

"Lembab, dikit. Gue copot ya?"

Sabrina cepat-cepat memejamkan mata.

Zane menarik selimut untuk menutupi tubuhnya, kemudian melepas handuk yang dikenakannya dan melemparkan ke kursi.

"Lo sengaja kan tadi?" Sabrina melek. "Ckckck. Segitunya pengen digrepe-grepe sama gue?"

Zane pasang tampang memelas. "Gue harus gimana biar lo percaya kalo semua ini salah lo?"

"Taik!" Sabrina mengacak-acak rambutnya yang sudah dikeringkan dengan gemas, kemudian beringsut mendekat. "Akhirnya lo terpaksa pakek shampoo gue juga, kan? Kapok! Abis lo, besok pagi di kantor diceng-cengin ama yang lain."

Zane mengangkat bahu dengan cuek. "Bodo amat lah, udah sering."

"Diih, pasrah amat."

"Worth it soalnya."

Sabrina menaikkan alis.

Zane tidak menyahut, menyelipkan tangannya ke belakang punggungnya, mengecup Sabrina dengan gemas.

Hidung Sabrina kembang kempis. Akhirnya dia beringsut lebih dekat lagi. Melingkarkan lengannya ke perut Zane.

Zane cuma bisa menghela napas, tahu betul ceweknya tidak bisa dikasih hati. Ngelunjak!

"Cowoknya Ibel keren banget tau, Bang." Dan perempuan itu pilih mencari topik lain.

Zane diam saja perutnya dielus-elus, menahan semriwing. "Keren gimana?"

Warning: Physical Distancing! [COMPLETED]Where stories live. Discover now