KAMARKU.

1.9K 309 22
                                    

Enjoy reading.

***

Assassin lapar, dia belum makan apapun dari pagi hari. Jadi begitu melihat Yehan mendapatkan makanan yang diantar oleh Zen, assassin langsung merasakan perutnya bergemuruh. Tetapi karena takut Yehan marah dan meninggalkan dirinya, assassin hanya berani melihat dengan tangan mengelus perut berusaha menenangkan.

Zen langsung kaget ketika melihat assassin di ruangan tuannya. Dia yakin sudah menutup ruangan Yehan saat pergi rapat dan dia yakin tidak ada pemberitahuan dari resepsionis ataupun dari sekretaris Yehan bahwa ada tamu menunggu di ruangan tuannya itu.

Apakah tuannya yang memanggil nona itu sendiri? Ah ... pasti seperti itu.

"Tuan apakah perlu saya pesankan makan siang untuk nona ini juga?" tanya Zen sambil melirik assassin.

Yehan yang tadi fokus pada pekerjaan bahkan sudah lupa ada wanita tak diundang masuk ke ruangannya.

"Ambilkan makanan dari food court di lantai bawah saja."

"Baik tuan." Zen segera keluar dan memesan makanan untuk assassin.

Yehan mengambil kotak makanan yang terlihat sekali bahwa itu dari restoran bintang 5. Dia berjalan ke arah assassin dan duduk di sebelahnya sebelum membukanya.

Assassin berbinar senang, namun senyumnya langsung menghilang ketika dengan acuh tak acuh Yehan menaruh makanan dengan rapi dan menyantap hidangan itu sendiri bahkan tanpa meliriknya sama sekali.

Assassin ingin makan itu apalagi melihat makanan penutup yang sepertinya sangat lembut dan lezat.

Tok tok.

"Tuan." Zen sudah kembali dan segera menaruh makanan yang dibawa ke hadapan assassin.

"Nona silakan."

"Terima kasih." Assassin memang lapar.

Melihat senyuman nona itu Zen sebenarnya sedikit tertegun . Nona di sebelah tuannya sangat cantik tetapi kenapa tuannya terlihat biasa saja. Bahkan sepertinya makanan yang disantap lebih penting untuk diperhatikan dari pada gadis di sebelahnya.

Mau tidak mau Zen sedikit menghela nafas dan berpikir keras. Kapan tuannya akan menikah kalau sikapnya dengan perempuan terus begitu.

"Apa yang kamu tunggu?" tanya Yehan karena Zen malah berdiri diam.

"Ah ... saya permisi tuan."

"Hmmn."

Begitu paman Zen pergi, Yehan  menoleh dan matanya hampir melotot melihat assassin.

Bukan karena dia cantik dan dia terpesona. Tetapi saat ini assassin makan tanpa tata krama sama sekali.

Dia menatap kontras antara hidangan miliknya dan milik gadis di sebelahnya. Yehan menata setiap makanan dengan rapi dan mengambil sesuai urutan karena tidak mau merusak isi di dalam piring. Tetapi gadis itu menaruh makanan dengan acak, menyingkirkan sumpit dan menggunakan tangannya bahkan tanpa mencucinya terlebih dahulu.

Dari mana gadis jorok itu berasal.

Seketika Yehan kehilangan nafsu makan.

Assassin yang masih asik makan tidak memperhatikan bahwa tingkah lakunya membuat Yehan terganggu. Mau bagaimana lagi, assassin bisa makan ala bangsawan Inggris dengan puluhan sendok pisau ataupun garpu berbagai jenis berbeda untuk setiap makanan, tetapi makan dengan sumpit.

Lupakan saja.

Assassin bahkan tidak bisa menjepit nasi sedikit pun. Dia bahkan sudah berusaha meniru gerakan Yehan namun apa pun yang dia raih sumpit di tangannya selalu terjatuh bahkan sebelum sampai di tengah jalan. Karena tidak mendapatkan sendok lain selain sumpit dan assassin sudah terlanjur lapar dia memutuskan menggunakan tangannya saja.

Sugar DoggyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang