TIGA PULUH DUA

1.1K 183 43
                                    

Kira-kira kalian seneng apa sedih nih kalau cerita ini hampir end??

Hayuu comment yaaa

Just share experience yaa. Ada yang suka nonton Romeo Juliet movie. Dan nangis setiap endingnya??
Oh my gosh, I dont know how baper I am wkwk
Every part of line is so beautiful. Walaupun udah baca naskahnya, I am still crying 😂

Kalian udah nonton Romeo Juliet 2013 kah? Kalau belum nonton + suka classic movie harus nonton deh ❤

-----------------------

Gedung Jakarta Center telah dipenuhi oleh banyak orang  yang akan mengikuti tes beasiswa perguruan tinggi luar negeri. Ternyata semua dikumpulkan menjadi satu, tidak sesuai universitas yang mereka pilih sebelumnya. Ini terlihat seperti tes SBMPTN, jadi tes dilakukan sesuai zona wilayah peserta.

Hampir setengah jam berlalu Yuki berdiri di sudut madding, menunggu kedatangan ketiga sahabatnya. Setelah berputar-putar mencari ruangan tempat tesnya, dia hanya termenung disini dengan tas kecil punggung dan map di tangan kirinya.

Bisikan orang-orang disekitarnya membuat Yuki kurang nyaman. Sebagian dari mereka sadar jika Yuki adalah seorang model terkenal dan pewaris tahta yang bersekolah di international school. Tak heran jika dengan penampilannya yang sederhana saja masih terkesan mempesona bagi orang-orang disekitarnya. Memang Princess sangat berbeda.

Duh, capek deh gue jadi orang cantik!

Yuki semakin gelisah dan menghubungi ketiga sahabatnya dengan kesal. Ayolah mereka jangan terlalu lama membiarkan dirinya disini. Ia berasa ditelanjangi karena semakin banyak orang yang melihatnya. Mau tidak mau ia tersenyum kaku dengan sekitarnya dan mengangguk pelan.

“Anjir senyumnya gula banget,” bisik pria berkacamata yang tak jauh darinya. Pria itu menyenggol kedua temannya dengan tersenyum lebar.

“Gila deh kalau bapak gue presiden udah gue ajak nikah,” bisik pria berkulit putih disampingnya.

“Ternyata dari deket gini Yuki cantik banget ya gengs,” kini bisik seorang gadis yang sedang berkumpul didepannya. Keempat temannya juga menoleh memberikan Yuki senyuman malu-malu.

“Iya, apalah serbuk segar sari kayak gue gini.”

“Kentang gurl kayak kita mah beda derajat. Yuki yang simple tanpa make up aja dah cantik.”

Yuki semakin menggigit bibir dengan gelisah. Rasanya dia mau pergi tapi ia tidak tau mau kemana. Vebby chika dan Nina pun masih tak ada kabar, mereka terakhir bilang sudah dekat dari Jakarta Center lalu tak ada lagi balasan.

“Ki,” suara berat khas seseorang menyadarkan kegelisahan Yuki. Yuki mendongak melebarkan mata menatap Stefan telah berdiri dihadapanya. Bersamaan dengan suara jeritan tertahan gadis-gadis disekitarnya.

Ah, ternyata bukan dia saja yang kaget.

Yuki memandang sekeliling sesaat, lalu kembali mendongak memperhatikan Stefan, “Lo ngapain disini?” Yuki bertanya datar.

“Nganterin Nasya,” ucap Stefan sambil menatap Yuki lama

Yuki hanya mengangguk dan membulatkan bibirnya, “Oh,”

“Dia di kelas ujung sana,” kata Stefan seolah memberitahu apa yang dipikirkan Yuki.

“Gue ngga tanya sih,” gumam Yuki pelan

“Kelas lo dimana?”

Yuki menunjuk kelas yang berada tepat dibelakang Stefan, pemuda itu tersenyum lembut sambil menepuk puncak kepala Yuki sedangkan Yuki berusaha menurunkan tangan Stefan dari kepalanya,

“Ck, jangan pegang-pegang!”

“Berarti kita sekelas,”

Mereka berkata dengan bersamaan. Yuki terkejut berusaha mencerna apa perkataan Stefan barusan. “Lo—apa?”

“Lo ngapain ikutan program beasiswa? Bokap lo orang paling kaya se-Indonesia. Menuh-menuhin kuota tau ga?” gumam Yuki dengan kesal

“Lo sendiri juga pewaris tahta perusahaan, kenapa ikut program ini?”

“Lo sama gue beda,”

Really? Bokap lo termasuk orang terkaya 20 besar di Indonesia.” Bisik Stefan dengan senyum evilnya.

“Yukiii!!” teriakan nyaring Vebby menghentikan berdebatan mereka. Yuki menoleh kebelakang punggung Stefan, memperlihatkan ketiga temannya yang terlihat terkejut.

Yuki mendengus kesal lalu menendang kaki Stefan pelan, meninggalkan pemuda itu yang tengah mengaduh pelan dan menemui ketiga temannya.

Yuki menarik mereka bertiga masuk kedalam kelas dengan cepat, menoleh ke belakang sekali lagi sambil bergumam pelan.

 

***

Tes dimulai pukul tujuh pagi dan berakhir jam dua siang. Yuki sibuk merenggangkan kedua tangannya setelah berpusing-pusing ria menghadapi beberapa deretan baris kalimat dan rumus-rumus yang membuat otaknya panas.

I need a coffee time,” bisik Chika  kearah Yuki. Yuki menoleh ke belakang menatap Vebby dan Nina yang sedang mengemasi barang-barang.

“Gue laper banget,” bisik Yuki tak kalah dengan Chika. “hey gurl would you like to go out for some coffee?” teriaknya sedikit keras kearah Vebby dan Nina.

Leggooo!!” sahut Vebby gembira.

Mereka berempat mulai berjalan keluar kelas sambil bercanda satu sama lain, juga membahas bagaimana susahnya soal test yang membuat mereka hampir pingsan Karena saking susahnya.

Ketika berada dipersimpangan dekat pintu keluar Stefan sudah berdiri di sana lalu mulai menghampiri Yuki. Mereka berempat masih menghiraukan dan sibuk dengan ocehan mereka lalu ribut sana-sini membahas hal-hal konyol lainnya.

Hingga sebuah tangan melingkar di lengannya, menarik Yuki agar berhenti melangkah. Yuki yang terkejut menghentikan langkahnya mendadak hampir menubruk  Chika didepannya.

Ketiga sahabatnya yang merasa canggung, akhirnya pamit duluan dan menunggu Yuki di depan gedung Jakarta Center.

“Pulang bareng gue,” Yuki tidak mendengar jelas ucapan Stefan. Bahkan pemuda itu sedang bertanya atau menyuruhnya ia tidak tau, karena nadanya terdengar datar.

Yuki kembali melepaskan tangan Stefan dari lengannya. Merasa risih dengan ketiga temannya. Pagi tadi Stefan bilang jika dia pergi bersama Nasya. Itu tandanya mereka bertiga akan satu mobil. Membayangkan saja membuat Yuki merinding sendiri apalagi jika menghadapinya.

No, thanks. Lo bisa balik sama mantan lo.”

“Lo juga mantan gue kan?” tanya Stefan dengan senyum tertahan.

Oh gosh, Yuki stupid! Rutuknya dalam hati

“Eum, yah, maksud gue Nasya.”

“Tadi pagi kita cuma kebetulan ketemu di jalan aja, dan gue kasih dia tumpangan sampai sini.” Kata Stefan menjelaskan.

Yuki tersenyum kecil, “Stef, lo ga perlu jelasin semuanya ke gue. Gue bukan tunangan lo lagi, dan menurut gue itu berlebihan.”

Stefan tertegun sesaat, pemuda itu tersenyum kecut dan mengangguk, seolah menyadarkan dirinya sendiri, “Sorry bikin lo ga nyaman,” gumam Stefan pelan.

Yuki tersenyum lalu meninggalkan Stefan untuk menyusul ketiga temannya didepan.

-----------------------

Jadi guys gimanaaa???
Key ❤

PRINCESS (STEFKI VERS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang