TIGA PULUH SATU

1K 157 25
                                    

Serius nih harus selese. Karena aku jg lagi project nulis novel lagi.
Guys kalo aku punya akun kwikku kalian mau baca ceritaku ga??
Walaupun bukan cerita stefan Yuki. Aku cuma mau minta support kalian :))

----------------------------------



Pukul sembilan malam, Yuki baru saja memasuki rumah dengan seragam lusuhnya. Seperti biasa makan malam telah tersaji tapi belum ada yang menyentuh. Yuki duduk di mengambil buah anggur dan segelas air. Pikirannya tertuju kembali pada sore tadi, Ah Mama Elena memang sesuatu.

Pertemuan antar keduanya tidak menyurutkan rasa kasih sayang Mama Stefan terhadapnya. Walaupun sudah dipastikan wanita paruh baya itu kecewa karena pembatalan pertunangan Yuki. Elena berusaha mengerti, masih merengkuh Yuki layaknya putrinya sendiri. Tidak ada yang berbeda sedikitpun.

 

****

 

“Mama selalu berdoa yang terbaik buat Yuki,” begitulah ucap Elena sambil memotong buah apel. Kemudian menyodorkan ke arahnya, “lagi diet kan?”

Yuki menggelengkan kepala sambil menerima suapan potongan buah, “Engga, Yuki mau makan semua yang mama masak,” katanya sambil tersenyum lebar.

“Mama khawatir kalau kamu diet-diet kayak artis korea. Cuma makan apel sama tauge hih nanti sakit,” katanya sudah mengomel banyak, sambil terus memotong buah-buahan.

Yuki berdiri memeluk Elena dengan sayang, “Iya iya ih Yuki paham, cium dulu sini,” manja Yuki sambil berusaha mencium pipi Elena.

“Maaaaahh..”  teriak Stefan dari dalam kamar mandi

Elena menoleh memberi kode kepada Yuki, “Yuki, ambilin handuk ya. Stefan pasti lupa lagi tuh,” 

Yuki meringis pelan, ingin menolak tapi juga rikuh. Kan disuruh orang tua masak nolak, ga sopan dong. Tapi dia juga risih kasih handuk ke cowok yang baru mandi.

Akhirnya mau tidak mau, Yuki mengambil handuk di rak baju lalu menuju kearah kamar mandi apartemen. Ia mengetuk pintu kaku, dan berdiri di samping pintu.

“Maaaah, handuu—” Stefan terkejut ketika membuka pintu kamar mandi, terkejut melihat Yuki yang mematung tanpa kedip.

Stefan menghela napas sambil meraih handuk di tangan Yuki. “Makasih,”

Yuki berkedip mengangguk pelan lalu pergi begitu saja.

“Jauh jauh deh gue…” gumamnya dengan diri sendiri. Membuang jauh-jauh pemikiran kotornya.

***


Yuki menghela napas sambil mengamit kembali tasnya kemudian beranjak dari duduknya menuju kamar. Membersihkan diri dan mempersiapkan diri untuk tes besok.

Tes beasiswa universitas dilakukan besok pagi di gedung center Jakarta. Jadi ia harus mempersiapkan diri jam enam pagi. Supirnya masih belum datang, jadi ia harus menggunakan ojek online, karena jika mengandalkan Emily ia pasti kesiangan.

Ia harus mendapatkan beasiswa ini, untuk memulai mimpinya menuju dunia yang sebenarnya. Menjadi seorang pewaris tahta bukan berarti harus hidup dengan gemilang harta, tapi dia berusaha dari bawah dengan bantuan beasiswa dan bekerja sendiri untuk mencukupi hidupnya kelak di Negara lain.

Ia tidak ingin terlalu memberatkan Ayahnya, karena melihat kondisi perusahaan keluarganya yang sedang bangkit kembali. Ia tidak ingin melihat Ayahnya menderita dan gagal lagi.

Ponselnya bergetar di samping meja ketika Yuki kembali lagi ke sudut tempat tidur. Nama Vebby muncul di depan layar.

Hallo…”

Princess, kita berempaat satu ruangaan,” katanya dengan senang. Tak lama kemudian dua panggilan video call lain muncul. Chika dan Nina.

Frame video call berubah menjadi empat, menampilkan wajah mereka berempat. Nina tersenyum sambil memoles kutek pada tangan kirinya sedangkan Chika sedang menyisir rambutnya, vebby sudah asik bercerita dengan Yuki.

Mereka selalu seperti itu, berisik satu sama lain dan bercerita dengan banyak hal yang mereka lalui atau tidak lalui bersama.

“Lo tadi aman kan pulangnya?” tanya Nina bersuara, menghentikan cerita Vebby.

“Ngga aman,” kata Yuki tidak semangat.

“Ngga aman kenapaaa?!” tanya Vebby sudah ribut sendiri.

“Gue bareng Stefan,”

“Dih, clbk nih?” sahut Chika menghentikan aktivitas menyisirnya.

“Ngga juga. Mamanya mau ketemu gue.”

“Cielah mantan camer kangen,” Yuki memutar bola mata bosan. Tidak ingin membahas lebih lanjut Stefan.

“Gue denger Stefan baru putusan, tiati jadi pelampiasan..” kata Vebby mulai lebih halus lagi

Nina hanya mengangguk-angguk mengerti,  “Sorry tadi ga bisa kasih tumpangan,”

“Gue tau itu, pagi tadi dia bilang sendiri. Gapapa kali Nin,”

“Tuuuuhhh kan…!!”

Chika mengernyit berusaha memahami,  “Jadi tadi kalian kemana aja?”

“Cuma ke apartemen kak Justin,”

Chika tersenyum lebar, “Kenalin gue doooong,”

“Gue juga mauuuu,” timpal Vebby

Mereka sudah ribet sendiri, ah siapa lagi yang tidak kagum dengan ketampanan Justin William. Auranya yang kharismatik membuat gadis mana saja tergila-gila dengan pria itu.

“Bilang sendiri lah sama adiknya. Udaauh ah mau tidur nih, gue ngantuk banget.”

“Iya iya yang habis main seharian,” ejek Chika sambil memeletkan lidah

“Bodo amaat, bye gue duluan!” kata Yuki galak sambil memutuskan sambungan video call mereka.

Yuki menghela napas, meletakkan ponselnya kembali ke atas nakas. Lalu mulai merapikan bantalnya untuk tidur nyeyak.

Semoga esok berjalan dengan lancar.

---------

key ❤

PRINCESS (STEFKI VERS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang