Jujur

60 24 13
                                    

Don't forget to vote and comment.

Happy Reading ❤
.•♫•♬•HEAR!!•♬•♫•.

Byaaarrr (suara nyala api :v)

Api menyala di tembok rumah tersebut. Anggara membulatkan matanya sempurna.
Sedangkan wanita paruh baya yang dengan sengaja membakar rumahnya, kabur. Untung Anggara sempat melihat wajah wanita tersebut.

Anggara terduduk menatap kobaran api di tembok rumahnya. Suara alarm pendeteksi berbunyi. Anggara hanya diam, tidak tau harus melakukan apa apa.

Byurrr (suara air :v)

Rara datang membawa pipa atau selang yang telah tersambung dengan kran air. Dengan sigap dia menyiram kobaran api sebelum bertambah besar. Tentu hanya dengan satu tangan karena tangan Kiri Rara... You know lah.

"Jangan duduk aja!! Bantuin gue!!" Bentak Rara, membuat Anggara dengan cepat berdiri dan membantu Rara.

Anggara memegang tangan Rara yang memegang pipa dengan kedua tangannya lalu membantu mengarahkan pipa atau selang tersebut ke arah kobaran api.

Setelah beberapa menit, api berhasil dipadamkan. Bertepatan dengan itu Siska keluar dari rumah diikuti Afika dan Bi Inah. Mereka terkejut karena tembok samping rumah menyisakan warna hitam bekas kebakaran.

"Ada apa ini??!" Tanya Siska lumayan keras.

"Ada orang yang mau bakar rumah kita bun..." Jawab Anggara.

"Ba-bakar?!" Tanya Siska lagi, Anggara mengangguk.

"Orangnya Tante Lasmi!" Kata Anggara.

.•♫•♬•HEAR!!•♬•♫•.

Anggara dan Rara sekarang berada di ruang tamu. Siska sedang berada di kamarnya bersama Afika sedangkan Bi inah berada di dapur.

Anggara dan Rara dari tadi sama sama diam tanpa melakukan apa pun. Keduanya sama sama melamun hingga Anggara memulai pembicaraan.

"Gue tau ini ga kebetulan" Kata Anggara lalu beralih menatap Rara. Rara masih larut dalam lamunannya.

"Amora" Kata Anggara sedikit keras. Membuat Rara beralih menatap Rara.

"Pasti ada yang lo sembunyi-in dari gue, kan?" Tanya Anggara.

"Ma-maksud lo?" Kata Rara.

"Kenapa semenjak gue kenal sama lo, gue nge-rasa ada hal yang aneh? Lo seakan akan tau segala hal yang akan terjadi" Kata Anggara.

"Hah? Ma-maksud nya?"

"Pertama, lo tau kalau Tania mau nge-jebak lo, waktu itu gue nganggap lo tau gerak gerik Tania makanya lo tau kalau Tania mau nge-jebak lo"

Rara terdiam.

"Kedua, Lo tau kalau rumah lo mau di rampok dan Kak Cica dalam bahaya padahal lo lagi sama gue di kafe. Gue rasa ada hal yang aneh"

Rara tetap diam.

"Dan yang ketiga, Lo tau ada orang yang mau nge-bakar rumah gue makanya lo minta gue cepat-cepat anterin lo ke rumah gue dengan dalih gelang lo ketinggalan."

Rara masih diam.

"Gue tau ini bukan kebetulan" Lanjut Anggara masih menatap Rara. "Ada yang lo sembunyi-in kan dari gue?"

Rara menelan air ludahnya susah payah. Apakah dirinya akan jujur tentang kemampuannya?, pikir Rara.

Rara mengalihkan pandangannya ke arah tangga rumah Anggara. Dia dapati Siska sedang memandangnya, lalu Siska mengangguk mengisyaratkan Rara untuk jujur.

Rara kembali menunduk. Beberapa detik kemudian, Rara menegakkan kepalanya lalu mengambil napas.

"Oke" Kata Rara. "Mudah-mudahan lo percaya" Lanjutnya.

Anggara mengerutkan dahinya.

"Gue bisa denger ucapan orang yang mau berniat buruk kepada orang lain" Kata Rara.

Anggara terdiam. "Semuanya?" Tanya Anggara.

"Nggak, yang gue denger cuma orang yang mau berniat buruk sama gue dan orang orang yang percaya sama kemampuan gue"

"Bunda gue?"

"Seperti yang lo tau, gue udah kenal lama sama bunda lo dan bunda lo percaya sama gue"

Anggara terdiam mencerna perkataan Rara.

"Kamu ingat sama kejadian kamu di culik waktu kecil karna masalah perusahaan bunda?" Tanya Siska yang tiba tiba telah berada disana.

Anggara mengangguk.

"Kamu ingat anak kecil yang bunda temui di depan rumah kita yang dulu?" Tanya Siska lagi.

Anggara mengangguk lagi.

"Anak kecil itu Rara. Rara memberitahu bunda kalau ada yang mau mencelakai bunda melewati kamu." Jelas Siska.

"Semoga kamu percaya ya, dan jangan nyakitin Rara dengan bilang dia anak yang aneh. Bunda nemenin Afika tidur dulu." Lanjut Siska lalu pergi.

Sekarang yang tinggal hanya mereka berdua. Lagi, Rara dan Anggara sama sama terdiam. Sibuk memikirkan sesuatu di kepala masing masing.

Rara berdiri dari tempat duduknya lalu duduk di sebelah Anggara. Rara menatap Anggara sehingga yang di tatap juga ikut menatap Rara.

"Lo ga percaya ya?" Tanya Rara hati hati.

Bukannya menjawab, Anggara langsung memeluk Rara erat. Rara membulatkan matanya dan hanya dapat diam layaknya seperti patung.

"Makasih" Kata Anggara.

Rara mengerutkan dahinya.

"Makasih karna lo udah mau jujur sama gue" Lanjut Anggara.

Bersambung
.•♫•♬•HEAR!!•♬•♫•.













Halllooo,
Gimana kesannya sama part ini??
Boleh dikomen ya
˙˚ʚ('◡')ɞ˚˙

Seperti biasa aku minta saran dan kritikan kalian yang sifatnya membangun ehe

Jangan lupa vote dan komen
Follow juga akun author
Deanagatha

Sampai jumpa
💕💕💕

Minggu,
7 Juni 2020

✤HEAR!!✤ [COMPLETED]Where stories live. Discover now