DUA PULUH SEMBILAN

807 60 10
                                    

Angga duduk santai di bangkunya. Ia tengah menikmati lagu yang dibawakan Caca dan Dio. Lain halnya dengan keempat temannya. Mereka malah asik menertawakan Reno yang bertingkah konyol malam ini. Membuat Angga geleng kepala sendiri dengan kelakuan Reno.

Seketika, perhatiannya tersita pada gadis yang duduk di bangku barisan tengah berdiri secara tiba-tiba. Gadis itu kemudian pergi ke arah belakang gedung, bisa dipastikan ia ingin pergi ke toilet. Pandangan Angga mengikuti arah langkah gadis itu sampai ia hilang di balik tembok.

Angga masih menunggu gadis itu kembali. Dan setelah sepuluh menit kepergian gadis itu, ia melihatnya lagi. Gadis itu pergi ke arah samping gedung, Angga dapat melihatnya dari kaca tembus pandang pada sisi gedung. Ia penasaran, ia masih memperhatikan Tasya dari kejauhan. Namun gadis itu kembali hilang dibalik tembok.

Angga gelisah. Jantungnya tiba-tiba berdegup tidak karuan. Ia berkali-kali menghirup nafas dan menghembuskannya perlahan. Mencoba menenangkan dirinya dan meyakinkan hatinya. Malam ini harus ia lakukan bukan? Apapun hasilnya nanti, Angga harus siap dengan segala kemungkinan yang akan terjadi.

Angga bangkit dari duduknya. Keempat temannya pun menatap Angga heran.

"Mau kemana?." tanya Tegar lebih dulu.

"Gue ke toilet dulu sebentar." ucap Angga berbohong. Mereka hanya mengangguk mengerti. Kemudian Angga pergi dari gedung utama ke arah samping gedung. Tempat dimana ia melihat Tasya pergi ke arah sana.

Angga menyusuri area samping gedung. Area ini tidak terlalu ramai, malah bisa terbilang cukup sepi. Sampai ia melihat sebuah tempat seperti balkon yang sangat unik dan indah. Angga melangkahkan kakinya ke sana. Ia mendapati empat orang anak IPS tengah berfoto. Angga mengacuhkannya, ia kemudian celingukan, mencari seseorang yang sedang ia cari. Dan dapat, ia melihat Tasya tengah berdiri jauh di sana.

Gadis itu sedang berdiri sendiri menghadap hamparan bangunan yang terlihat dari atas sini. Angga berjalan pelan ke arah Tasya yang memunggunginya. Gadis itu terlihat sangat imut dari kejauhan seperti ini. Dress biru dongker yang ia kenakan sangat cocok dengan kulitnya yang putih bersih. Ditambah lagi, rambutnya yang sengaja ia gerai dengan cantik, menambah kesan dirinya seperti putri di dongeng.

Hanya tinggal beberapa langkah lagi dirinya dan Tasya bisa berdekatan. Angga terdiam di belakang Tasya. Masih mencoba menetralkan degupan jantungnya. Ia tidak pernah merasakan seperti ini sebelumnya.

Baru saja ia akan melangkah mendekat, tiba-tiba Tasya membuka suaranya, berbicara dengan dirinya sendiri. Refleks, Angga mengurungkan niatnya untuk melangkah mendekat.

"Angga." ucap gadis itu pelan, namun Angga masih bisa mendengarnya. Angga terkejut, tidak menduga gadis itu menyebut namanya. Apa Tasya tau ia kini tengah berada di belakangnya? Angga terdiam kaku, tidak bereaksi apapun.

Jeda beberapa saat, Angga masih menunggu gadis itu berbicara lagi.

"Andai lo ada disini, gue pasti nggak akan ngerasa sepi kan?." ucap gadis itu lagi, membuat Angga tersentak kaget. Namun, entah mengapa senyum Angga mengembang. Hatinya merasa sangat lega, bahwa masih ada dirinya dihati Tasya. Angga semakin yakin, bahwa semuanya masih bisa diperbaiki.

"Gue ada disini kok." ucap Angga menyahuti. Diluar dugaan, gadis itu tidak menengok ke belakang. Angga semakin bingung, apa ucapannya tidak terdengar olehnya? Namun, Angga masih menahan dirinya untuk tidak mendekat pada Tasya.

"Bahkan gue sampe halu ngedenger suara lo Ngga." ucap Tasya sedikit lemas. Ingin sekali Angga tertawa saat itu juga. Tasya benar-benar membuatnya gemas. Apa segitu ia kepikiran dengan Angga sampai-sampai dirinya berasumsi sedang halusinasi?

SERENDIPITY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang