TIGA BELAS

1K 47 0
                                    

Hari ini Tasya bangun lebih pagi dari biasanya. Sejak subuh, dirinya sibuk berkutat di dapur. Suara dentingan alat-alat masak pun terdengar sampai ke kamarnya. Wangi aroma masakan juga menyeruak memenuhi seisi rumah.

Di meja makan, terdapat buku resep makanan yang terbuka memperlihatkan halaman tata cara membuat nasi goreng. Gadis itu sibuk membacanya dan sesekali mengaduk wajan yang berisi nasi goreng. Tangannya terlihat amatir. Celemek yang ia kenakan kini sudah dipenuhi bercak kecap dan bumbu masakan.

"Lo mau masak apa mau tempur? Berisik banget." ucap Putra yang tiba-tiba berdiri di belakang Tasya. Gadis itu sempat terkejut karena suara abangnya terdengar sangat dekat dan tiba-tiba.

"Ngagetin aja sih lo!." Tasya memukul lengan Putra cukup keras.

"Lagian lo ngapain sih tumben-tumbenan masak?." Putra menarik kursi meja makan dan duduk di sana. Tangannya merapihkan rambutnya yang berantakan karena sisa tidur.

"Suka-suka gue."

"Jangan bilang lo mau ikut Master Chef?." ucap Putra dengan nada penuh selidik.

"Ngaco." Tasya mematikan kompor. Sepertinya nasi gorengnya sudah matang dan siap di sajikan. Gadis itu mengambil dua kotak bekal di lemari piring. Satu berwarna biru dan satunya lagi berwarna mint.

Kening Putra berkerut heran melihat Tasya memasukkan nasi goreng itu ke dalam dua tempat bekal. Matanya memperhatikan setiap gerak-gerik adiknya yang tidak seperti biasanya.

"Sejak kapan porsi makan lo jadi kayak kuli?." Putra kini menopang dagunya, matanya masih memperhatikan Tasya.

"Nanya mulu sih lo kayak wartawan." Tasya menatap Putra tajam, tidak tahan dengan abangnya itu.

"Oh buat pacar lo ya?." tembak Putra disertai seringainya yang menyebalkan.

Blush.

Pipi Tasya kini merona. Tiba-tiba saja ia teringat wajah Angga. Padahal jelas-jelas Angga bukanlah pacarnya.
Bahkan saat ini, rasanya Tasya sedang dicampakkan oleh cowok itu.

"Apa sih bang." Tasya menyelipkan rambutnya ke belakang telinga. Wajahnya masih saja memerah dan terasa panas.

Putra tersenyum jahil melihat Tasya yang kini salah tingkah. "Ih cie udah punya pacar," ucapnya sambil menunjuk Tasya. "Udah gede aja sih adek gue." lanjutnya.

"Apaan sih lo, jijik tau nggak?."

"Siapa ya cowok yang kira-kira mau sama cewek galak kayak lo?." Putra menyilangkan tangannya di depan dada. Kakinya juga naik ke atas kursi dan bersila di sana.

"Zayn Malik mau sama gue." ucap Tasya pede. Setelah itu, ia langsung memasukkan dua tempat bekal tersebut ke dalam tote bag nya. Kemudian ia bergegas ke kamarnya untuk bersiap ke sekolah.

"Belom aja gue sleding lo." ucap Putra sedikit berteriak. Sedangkan Tasya tidak menanggapi ucapan Putra.

"WOY NASGOR BUAT GUE MANA?." Putra kembali berteriak.

"BIKIN SENDIRI." Tasya menjawab dengan teriakan juga.

Satu jam lebih Tasya bersiap-siap. Kini ia sudah rapih dengan seragamnya dan tas di pundaknya. Hari ini ia menguncir rambutnya seperti kuncir kuda.

Gadis itu segera memakai sepatunya. Handphone yang selalu terhubung dengan power bank pun sudah siap di saku bajunya.

"Ayo bang gue udah rapih." ucap Tasya setelah bangkit dari duduknya. Gadis itu sedikit menepuk-nepuk roknya, menghilangkan debu yang menempel akibat duduk di lantai ketika memakai sepatu.

SERENDIPITY [END]Where stories live. Discover now