DUA PULUH DELAPAN

714 51 6
                                    

"Udah?." tanya Putra untuk yang kesekian kalinya. Sedangkan Tasya masih saja bercermin di depan kaca. Entah ia membenarkan rambutnya, polesannya, atau dress biru nya.

Malam ini Tasya tampil begitu cantik. Gadis itu mengenakan dress berwarna biru dongker selutut dengan bagian lengan yang sedikit turun sebatas pundak. Kulit putihnya membuat dirinya terlihat sangat kontras dengan rambut hitam legam yang ia gerai dengan gaya rambut half up half down hair. Ia juga memakai sebuah flower crown kecil berwarna putih. Membuat dirinya benar-benar terlihat seperti seorang putri di dongeng. Ia juga memadukan high heels sederhana berwarna hitam dengan aksen tali yang melingkar dipergelangan kakinya.

"Yuk berangkat." ucap Tasya akhirnya. Ia sedikit tertawa melihat wajah Putra yang sepertinya sudah jenuh karena menunggunya terlalu lama.

"Nungguin lo rapih-rapih gue bisa nanem ubi lima hektar dulu tau nggak!." ucap Putra berlebihan. Ia kemudian meraih kunci mobil di dekatnya. Kemudian mengantar Tasya ke acara prom night di salah satu gedung di Jakarta.

-Pukul 19.00

Tasya sudah sampai di area gedung. Di sana sangat ramai dengan murid kelas 12 SMA Sekar Maju dan beberapa anak OSIS yang turut membantu acara. Para guru juga turut hadir. Teman-temannya juga sudah masuk ke dalam gedung dengan pakaian yang sangat cantik dan dandanan yang berbeda.

Tasya turun dari mobil. Ia kemudian berjalan masuk ke gedung yang sangat megah ini. Gedung bercat putih dengan dekorasi yang modern. Lampu-lampu berwarna emas turut memperindah gedung ini. Terlihat elegan dan mewah, sangat diluar ekspetasi.

"Tasya! Lo cantik banget astaga." Tasya menoleh ke belakang dan mendapati Rachel tengah memperhatikannya dari atas sampai ke bawah dengan wajah kagum. Tasya hanya tersenyum tipis. Sahabatnya itu menggunakan dress selutut berwarna putih tanpa lengan. Dengan rambut yang di gerai dan sengaja ia buat keriting pada ujungnya. Polesan di wajahnya membuat Rachel terlihat lebih dewasa.

"Ngaca dong! Lo juga cantik banget." ujar Tasya pada sahabatnya itu. Rachel hanya terkekeh kecil.

"Yuk cari tempat duduk." Rachel menarik tangan Tasya. Mereka berdua memilih duduk di bangku tengah. Gedung semakin ramai dengan kedatangan teman-temannya yang lain. Apalagi gerombolan cowok yang duduk di bangku belakang yang seketika menyita perhatian.

"Siapa sih, rame banget?." ucap Rachel dan langsung menoleh ke belakang, penasaran dengan gerombolan cowok itu.

"Nggak tau." Tasya ikut menoleh ke belakang. Hampir saja Tasya melongo ketika mendapati Reno dan kawan-kawan sedang duduk dibarisan belakang dengan penampilan yang terlihat berbeda malam ini. Kelima cowok dengan jas hitam dan rambutnya yang rapih. Mereka terlihat sangat tampan dan mampu menghipnotis siapapun yang melihatnya. Tidak heran jika mereka selalu menjadi incaran para kaum hawa.

Namun, pandangan Tasya tersita pada satu orang yang juga tengah duduk disana. Matanya seperti terkunci oleh Angga. Cowok berjas hitam dengan rambut yang baru dipotong rapih. Pundaknya yang tegap dan dadanya yang bidang, membuat cowok itu benar-benar terlihat keren.

Senyumnya yang selalu menjadi candu bagi Tasya, terlihat jelas di wajah tampannya. Rahangnya yang tegas, serta tatapan matanya yang tajam benar-benar membuat Tasya hilang akal sehat.

Sedetik kemudian, Tasya tersadar dan kembali menghadap ke depan. Cowok itu melihatnya! Ia kepergok sedang memperhatikan cowok itu. Mata mereka sempat bertemu beberapa detik sebelum Tasya memalingkan pandangannya. Entah sudah semerah apa wajahnya sekarang, yang jelas Tasya kini sangat malu!

Gedung seketika hening ketika seorang anak OSIS, yang bisa ditebak ia adalah MC di acara ini naik ke atas panggung. Dengan bermodal selembar kertas berukuran sedang, dan mic yang dipegang olehnya, cowok dengan almet khas OSIS itu mulai berbicara. Membacakan rangkaian acara malam ini. Kemudian MC itu mempersilahkan kepala sekolah untuk memberikan sambutan.

SERENDIPITY [END]Where stories live. Discover now