SEPULUH

1.1K 48 0
                                    

Matahari bersinar terang pagi ini, menyelinap masuk lewat celah gorden kamar Tasya. Membuat gadis itu mengerjapkan mata dan terbangun dari tidurnya. Tangannya meraba-raba nakas, mencari benda pipih berwarna hitam yang sedari tadi berbunyi.

Tok..tok..

"Tasya, bangun udah pagi. Gue mau ke kampus dulu." ucap seseorang dari luar kamarnya yang tak lain adalah Putra.

Tasya secepat kilat bangun dari kasurnya dan bergegas menuju pintu.

Ceklek..

"Trus gue berangkat sama siapa?." suara gadis itu terdengar serak karena ia baru saja bangun tidur.

Putra tertawa melihat adiknya itu. Ia terkekeh, membuat Tasya bingung sendiri.

"Dih sinting ya lo pagi-pagi ketawa sendiri." ucap Tasya enteng.

"Enak aja lo kalo ngomong! Gue tuh ketawa gara-gara lo." ucap Putra di sela-sela ketawanya.

"Apasih orang nggak ada yang lucu." Tasya merapihkan rambutnya.

"Tuh, lo ileran." Putra menunjuk mulut Tasya, refleks Tasya mengikuti arah gerak Putra. Ia mengelap bibirnya. Putra tertawa lagi dan membuat Tasya bingung.

"Boong ya lo, ih anjir nyebelin banget si lo." omel Tasya memukul Putra yang kini sedang menuruni tangga.

"Lagian bego, mau aja di boongin." suara Putra masih terdengar jelas dari atas.

"LO YANG BEGO, LO YANG ILERAN!." Tasya sedikit berteriak dari kamarnya. Ia kesal dengan Putra. Pasalnya, hari masih sangat pagi untuk bertengkar dengannya.

"Bawel lo, udah cepetan siap-siap. Gue nggak bisa nganter lo sekolah." ucap Putra santai.

Tasya bergegas untuk mandi dan bersiap untuk sekolah. Hari ini mungkin ia akan berangkat naik ojek online. Sejujurnya, Tasya paling tidak suka jika harus ke sekolah bersama ojek online. Ia trauma karena sering mendapat driver yang ugal-ugalan. Terlebih lagi rambutnya yang sudah ia tata rapih harus kembali berantakan karena memakai helm.

Tasya sudah rapih dengan seragamnya. Tangan kanannya menenteng sepatu dan tangan kirinya membawa handphone yang tersambung dengan power bank. Ia menuruni anak tangga dengan terburu-buru. Membuat Putra yang sedang makan roti melihat ke arah adiknya itu.

"Udah telat emang?." tanya Putra setelah ia menelan makanannya. Kini tangannya meraih segelas kopi yang masih mengepul.

"Iya, kesiangan nih gue." Tasya memakai sepatunya. Setelah selesai memakai sepatu, jari-jarinya dengan lihai memencet layar handphone. Gadis itu dengan terpaksa akhirnya memutuskan untuk naik ojek online.
Ia keluar rumah dengan terburu-buru sampai hampir saja tersandung.

"Jangan lari-lari bego, ntar nyusruk mampus lo!" teriak Putra dari dalam rumah mengingatkan Tasya yang ceroboh. Adiknya itu sampai tidak sarapan, padahal Bi Idah sudah membuatkan nasi goreng. Tapi untung saja Bi Idah dengan sigap memasukkan nasi goreng itu ke dalam tempat bekal dan langsung dibawa oleh Tasya.

Tasya mengetuk-ngetukkan sepatunya dengan cepat ke aspal. Wajahnya terlihat cemas. Tidak ada driver yang mengambil pesanannya. Padahal ia sudah sangat telat sekarang. Terkadang mulutnya berdecak sebal. Perutnya sedikit terasa mulas karena panik.

Brumm..

Tasya menoleh ke arah suara motor barusan. Ia kenal dengan suara motor itu. Benar, itu Angga. Tanpa pikir panjang gadis itu menghampiri cowok yang sedang menutup gerbang rumahnya dengan sedikit berlari.

"Angga tunggu." ucapan Tasya menghentikan gerakan Angga yang baru saja menaiki motornya. Angga melihat Tasya yang tiba-tiba berhenti di depan motornya dengan tangan merentang. Gadis itu terlihat ngos-ngosan, ia mencoba mengatur nafasnya, membuat Angga menunggu.

SERENDIPITY [END]Where stories live. Discover now