SEMBILAN BELAS

1.1K 56 31
                                    

Hari ini tepat empat bulan lagi murid SMA Sekar Maju kelas 12 akan melaksanakan Ujian Nasional. Beberapa anak terlihat antusias dan beberapa anak juga terlihat lesu setelah melihat pengumuman mading sekolah dan pembagian kelas pendalaman materi tertera di sana. Artinya, masa SMA akan segera berakhir dalam waktu empat bulan lagi.

"Lo masuk kelas fisika kan Bram?." tanya Reno pada sahabat di sampingnya itu. Abram pun mengangguk semangat.

"Lo Ngga?." kini Reno melemparkan pertanyaan itu pada Angga. Cowok itupun hanya mengangguk kecil.

"Yah gue sama Fano doang dong di kelas Kimia?." ucap Tegar kecewa.

"Ya lo suruh siapa milih kelas Kimia." sahut Reno seraya memakan combro ditangannya.

"Otak gue nggak nyampe kalo buat masuk kelas Fisika." jawab Tegar dan disambut dengan tawa menggelegar dari keempat temannya.

"Lo kesiangan sih waktu pembagian otak!." timpal Abram bersemangat membully Tegar.

"Sialan lo!." Tegar meninju pelan bahu Abram. Namun, pemiliknya malah semakin asik menertawakannya.

"Eh by the way, gue nggak pernah liat si Tasya bawain lo makanan lagi Ngga?." tanya Reno pada Angga yang sedang asik berkutat dengan handphone nya. Angga sendiri hanya menggedikkan bahu.

"Gue curiga nih anak udah nggak normal, bukan demen sama cewek tapi demen sama handphone!." ucap Abram geram melihat reaksi Angga yang begitu cuek dengan keadaan sekitar.

"Jangan-jangan susuk lo udah nggak berfungsi ya Ngga? Makanya Tasya nggak ngejar lo lagi!." Reno berspekulasi asal.

"Emang gue maling segala dikejar?." Angga terlihat tak acuh.

"Emang lo maling, maling hatinya Tasya." ucap Fano dengan nada dibuat-buat. Kedua tangannya ia topangkan di dagunya, membuat dirinya terlihat menyebalkan sekaligus menjijikan.

"Najis!." sahut Angga cepat dan menjauhkan posisi duduknya dari Fano.

"Dari kemaren juga gue ngeliat Tasya kayaknya ngindarin lo banget, biasanya dia agresif Ngga sama lo." ucap Abram santai.

"Ya mana gue tau, alergi kali dia sama gue." sahut Angga dingin.

"Si kunyuk kalo diajak serius!." Reno menoyor kepala Angga pelan.

"Dia udah nyerah." ucap Angga tiba-tiba, membuat suasana seketika hening.

"Hah? Lo serius?." tanya Tegar setelah jeda beberapa saat.

"Ngapain gue boong." sahut Angga datar.

"Kok bisa? Trus lo gimana?." Abram ikut penasaran dengan apa yang terjadi.

"Gimana apanya? Ya bagus lah, itukan emang kemauan gue." ucap Angga. Raut wajahnya berubah seketika. Entah kenapa, ia sangat kesulitan untuk menelan salivanya sendiri.

"Kacau lo Ngga! Lo nggak takut nyesel udah nyia-nyiain dia?." Fano menimpali.

"Nggak." jawab Angga datar.

"Inget Ngga karma tuh ada, suatu saat bisa aja keadaan Tasya berbalik sama lo." ucap Tegar disela-sela kunyahan makanannya.

"Inget juga Gar, hati orang nggak bisa dipaksa!." sahut Angga dingin. Ia kemudian bangkit dari duduknya dan meninggalkan teman-temannya yang masih terbengong dengan ucapan Angga.

"Sensian banget tuh anak." ucap Abram setelah Angga pergi.

"Kayak induk ayam yang digangguin anaknya." timpal Reno asal.

"Cabut yuk." ajak Fano. Mereka pun langsung meninggalkan kantin.

***

SERENDIPITY [END]Where stories live. Discover now