LIMA

1.4K 57 0
                                    

"Ah anjir. Tau gini gue nggak make senjata yang itu." ucap Tegar dengan nada kesal sambil melempar handphone nya ke atas tas miliknya.

Yaps. Sepertinya hari ini hari keberuntungan bagi para murid SMA Sekar Maju. Dua puluh menit yang lalu, diumumkan bahwa semua guru akan mengadakan rapat untuk 3 jam kedepan. Jadi, seperti yang bisa dilihat. Semua kelas jamkos. Sebuah fenomena langka.

Lima anak laki-laki berkutat serius dengan handphone nya. Ditemani suara tembak-tembakan dari game online yang mereka mainkan. Dahi mereka berkerut saking fokusnya. Jari tangan mereka lihai memijat layar handphone.

"Lo kalo mau lempar handphone jangan tanggung-tanggung Gar. Langsung aja lo banting ke lantai. Biar mampus sekalian." sahut Abram. Fokusnya tak lepas dari handphone.

"Ya jangan dong. Kalo handphone gue rusak, ntar kita nggak bisa chatan lagi." jawab Tegar sambil mengedipkan sebelah matanya ke Abram. Membuat ke empat temannya merasa jijik.

"Amit-amit jabang bayi. Ya Allah, cabut aja nyawa Tegar Ya Allah. Abram ikhlas." ucap Abram sambil menengadahkan telapak tangannya seperti orang berdoa. Membuat dirinya terkena jitakan Tegar.

"Lama-lama gue nikahin lu berdua." Riyan ikut-ikut.

"Ogah. Gue maunya nikah sama Mba Siti. Soalnya combro buatannya enak." jawab Tegar makin ngelantur. Membuat teman-temannya tak habis pikir. Mba Siti—salah satu pedagang di kantin yang sering menjadi korban godaan mereka karena parasnya yang cantik.

"Lo kalo nikah cuma buat makan combro enak, nikah aja sono sama tukang combro." sahut Reno disambut tawa teman-temannya. Tegar hanya berdecak sebal.

Angga yang sedari tadi masih fokus dengan game nya tiba-tiba dibuyarkan karena panggilan seseorang dari depan pintu kelas.

"Angga, lo di cariin nih sama Tasya." panggil Caca—teman sekelas Angga, setengah teriak. Angga hanya melihat sekilas ke arah pintu dan kembali fokus pada game nya.

"Angga kampret, budeg ya lo." lanjut Caca yang sudah hilang kesabaran. Suaranya naik satu oktaf, tangannya berkacak pinggang.

Angga masih saja fokus pada game nya. "Bilang ke dia, gue lagi sibuk." ucap Angga tanpa melepaskan tatapannya dari layar handphone.

Mau ngapain sih tu cewek?
Batin Angga.

Teman-teman Angga mulai ikut melirik ke arah pintu. "Bro, lo temuin aja dulu. Siapa tau penting." saran Riyan. Angga mendengus. Namun akhirnya Angga meninggalkan game nya dan menemui Tasya.

Ganggu aja sih anjrit!
Ucap Angga dalam hati.

Angga sudah dihadapannya. Tasya bisa melihat raut wajah Angga yang tidak suka dengan kedatangannya. Tapi ia tidak peduli. Ia hanya ingin segera menyelesaikan proposalnya.

"Gue disuruh koordinasi sama lo masalah proposal. Proposal lomba basket." ucap Tasya to the point.

Angga menaikkan alis kanannya, bingung. "Ngapain lo ngurusin gituan? Itu urusan gue. Lo kan anak cheerleader bukan anak basket." ucap Angga yang terdengar sangat menyebalkan di telinga Tasya.

SERENDIPITY [END]Where stories live. Discover now