Wattpad Original
Ada 1 bab gratis lagi

8 - How to Unheard?

24.9K 3.7K 132
                                    

"Bingung nggak nyarinya?" tanya Evelyn setelah mengajak Rafka untuk masuk. Keduanya berjalan beriringan menuju tempat duduk.

Rafka menggeleng. "Tempatnya lumayan strategis, jadi gampang. Bagus juga."

Woohoo! Di dalam hati Evelyn seperti ada yang bersorak senang ketika mengetahui pilihannya mendapatkan pengakuan dari Rafka. Evelyn mengalihkan wajahnya ke arah lain dan tersenyum simpul.

"Tapi, Raf, aku minta maaf. Meeting-ku belum selesai. Kamu nggak keberatan kan nunggu sebentar lagi?" tanya Evelyn. Rafka hanya membalasnya dengan kedikkan bahu. "Duduk, Raf?"

Ketika Evelyn kembali memfokuskan dirinya pada Sam, Evelyn agak terkesiap ketika mendapati ketiga orang itu menatapnya dengan pandangan bertanya. Ia kemudian memperkenalkan ketiga orang itu sebagai orang-orang desainer interior yang bekerja sama dengannya. Tidak seratus persen benar karena Wira hanya ... orang yang membantunya, tapi tidak salah juga ketika mengatakan Wira adalah bagian dari mereka. Yah, setidaknya begitu bagi Evelyn.

Sam kemudian melanjutkan presentasinya tentang ruang karyawan. Ia menjelaskan bahwa nantinya tone-nya akan lebih santai jika dibandingkan dengan dua ruang lainnya.

"Selain loker dan ruangan untuk manajer," Evelyn mengulangi penjelasan Sam. "Saya mau mereka punya space untuk bisa bikin kopi, teh, atau sekadar panasin makanan. Seperti yang saya bilang kemarin, they deserve the best service for their devotion to The Eve. Mereka juga VIP buat saya."

"Hmmm ...," Sam menggumam, menatap desain yang sebenarnya dibuat oleh salah satu anak buahnya itu. Ia kemudian menatap Trini yang telah membuat beberapa catatan di bukunya. "Kalo gitu yang bagian ini kita pending dulu. Akan gue buatin RAB baru."

Trini membalaskan dengan anggukan, kemudian menulis kembali di bukunya.

"Apa ada lagi yang ingin dibahas?" tanya Sam pada Wira dan Evelyn.

Evelyn ingin menggelengkan kepalanya kuat-kuat. Tentu saja tidak, karena Rafka sudah duduk di sebelahnya menunggu pembicaraan ini selesai. Ia menoleh kesal pada Wira ketika mendengar suara pria itu berbicara.

"Perubahannya jangan jauh-jauh dari yang sekarang kayaknya bisa, lo tambal sulam dari hasil revisi ruang VIP seharusnya masih cukup," tambah Wira.

Mendengarnya membuat Sam memutar mata. "Iyaa ... gue tau. Lo, Ev?"

"Nggak ada, kita lanjutin lagi nanti kalau desain baru untuk ruang karyawan udah jadi aja." Evelyn pura-pura mengangguk pasrah, padahal tentu saja dirinya ingin segera mengusir ketiga orang itu pergi dari sini.

Begitu Sam menutup pertemuan mereka kali ini, Evelyn rasanya ingin bersorak lega dan bahagia tentu saja. Ia cukup senang dengan pertemuannya dengan Sam dan Trini hari ini, juga Wira, tapi ia jauh lebih lama menunggu-nunggu waktu pertemuannya ini dengan Rafka. Jadi apa boleh buat, kan?

"Thanks buat hari ini, gue nunggu confirmation dari elo buat pertemuan selanjutnya," pamit Sam.

Evelyn mengangguk, membiarkan ketiga orang itu pergi. Wira bahkan tidak mengatakan apa pun dan hanya menatapnya seperti orang aneh. Tapi, siapa peduli?

Evelyn merapikan kertas-kertas yang masih berserakan miliknya, mengurutkannya sesuai dengan urutan yang benar.

"Gimana kabar kamu, Raf?" tanya Evelyn, membuka percakapan kembali dengan Rafka.

"Baik." Rafka menjawab dengan anggukan. "Omong-omong soal The Eve, lokasinya lumayan strategis, dan lo sewa dua store?"

Evelyn hanya terkekeh. "Butuh umpan besar untuk tangkapan yang lebih besar."

How To End Our MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang