Wattpad Original
Ada 5 bab gratis lagi

4 - How to Make Friends?

29K 4.3K 77
                                    

Jakarta, 31 Juli 2016

Evelyn melirik jam untuk yang ketiga kalinya, rasanya jarum panjangnya hanya bergerak beberapa milimeter. Ia sudah sampai di apartemennya sejak setengah jam yang lalu, tapi Wira belum ada tanda-tanda akan datang juga. Sebelum masuk apartemennya, Evelyn telah menitipkan pesan pada petugas keamanan apartemen untuk membiarkan Wira masuk ke parkiran basemen khusus penghuni. Yah, salah satu faktor Evelyn memilih apartemen ini juga adalah karena keamanannya yang berlapis karena beberapa orang yang tinggal di sini bukan orang biasa. Selain dirinya, ada satu penyanyi juga yang tinggal di tower yang sama dengannya. Kabarnya, ada beberapa artis lain juga di tower lain, tapi Evelyn tidak pernah bertemu. Jadi, ia pikir, parkiran basemen apartemen ini bisa jadi tempat yang lumayan aman untuk menjaga privasinya.

Begitu mendengar dering ponselnya, Evelyn meletakkan pensil warna yang ia pegang. Nama Wira terpampang di layarnya.

"Saya udah di bawah," ucap Wira begitu Evelyn mengangkat teleponnya.

"Basement?"

"Sekarang menuju ke sana."

"Oke, saya turun. Cari aja tempat yang kosong, terus kasih tau saya kamu ada di nomor berapa."

"Oke, talk to you in a minute."

Begitu Wira memutuskan sambungan teleponnya, Evelyn bangkit dari duduknya kemudian menyambar cardigan oversize yang tergantung di hanger dekat pintu kamarnya. Dengan membawa ponsel dan access card, ia turun ke basement menggunakan lift.

Begitu keluar dari lift, ponselnya kembali berdering, tapi kemudian langsung mati dalam beberapa detik sebelum sempat ia angkat.

"Ev!" panggil Wira, membuat Evelyn celingukan mencari sumber suara.

Evelyn meringis ketika menemukan Wira dengan rambut ikal yang memang tidak terlalu rapi, kini terlihat lebih berantakan seperti habis terkena badai. Berbeda dengan pertemuan pertama mereka, Wira hari ini tak mengenakan semi formal suit, tapi hanya kaos dan celana jeans belel yang salah satu lututnya terlihat sudah mau robek. "Ugh, kamu kelihatan ... ngantuk."

Wira terkekeh. "Saya kelamaan tidur di rest area," ucapnya sambil mengaca di pintu mobil. Tadinya ia hanya berniat istirahat sambil menunggu macet, tapi ternyata ia malah ketiduran hingga dua jam. Rambutnya berantakan, bajunya kusut. Well, ia memang kelihatan seperti gembel saat ini, tapi siapa peduli?

"I'm so sorry," ucap Evelyn tak enak, karena memang dirinya lah yang membuat Wira menunggu lama.

Wira hanya mendenguskan tawa mendengarnya. "If you're sorry ...." Ia kemudian membuka bagasi mobilnya, tempat di mana ia meletakkan harta karun dari mamanya. "What are you going to do with all of these?"

"Good Lord ...." Evelyn membelalak panik melihat keranjang-keranjang buah dan sayur itu, kemudian memandang Wira bingung. "Mama kamu kesambet apa sampai bawain semua ini buat saya?"

Bukannya menjawab, Wira malah bertanya balik tentang hal lain. "Apa kamu punya kereta dorong atau apa pun itu buat bawa ini semua sekaligus?"

"Kamu pikir apartemen saya ini department store?"

"Who knows?" balas Wira membela dirinya sendiri. "Apartemen kamu lantai berapa?"

"Delapan belas."

"Oh, good," jawab Wira dengan nada sarkastik. "Olahraga jam 2 dini hari, kedengarannya lumayan."

"Thank God kita naik lift, bukannya naik tangga," gerutu Evelyn.

How To End Our MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang