Wattpad Original
Ada 3 bab gratis lagi

6 - How to Be a Good Public Figure?

28.5K 3.9K 70
                                    

Pria plontos bernama Sam yang semula Evelyn ragukan karena kesan awalnya terlihat seperti pria genit ini ternyata memang profesional. Ia benar-benar mengerti konsep apa yang Evelyn inginkan pada The Eve. Terlebih Trini juga mengikuti apa yang diminta bosnya dengan cekatan. Mereka membicarakan konsep desain interiornya dari ujung ke ujung, amat sangat detil dari budget yang Evelyn anggarkan hingga hal sekecil bentuk dispenser di pantri.

"Pokoknya saya mau tempat kerja saya nggak lebih istimewa dari pegawai saya. Mereka juga akan bekerja keras buat saya. They deserve better than me."

Wira menaikkan alisnya sedikit, melirik Evelyn yang duduk di sebelah kirinya dengan sudut mata. Jujur saja, ia tidak menyangka Evelyn sebegitu pedulinya terhadap orang yang akan bekerja untuknya. Ia hanya berharap Evelyn tidak terlalu polos, karena pegawainya bisa saja dengan mudah menipunya dan ia percaya-percaya saja dengan bodohnya.

"Karena lo permintaan spesial dari si Bos Kecil, gue bakal bikin RAB yang ini secepatnya. So, kapan kita bisa ketemu untuk ngomongin RAB?"

Evelyn melihat ponselnya, kembali memastikan jadwalnya beberapa hari ke depan.

"Saya cuma punya waktu hari Minggu, minggu ini. Minggu depannya saya harus ke luar kota."

"Oh, no ... Please jangan Minggu. Minggu itu family time!"

"Kayak lo punya family aja," celetuk Wira menyindir Sam. Jelas ia tahu apa alasan Sam di baliknya yang memang jauh dari kata 'family'. Arti Minggu pagi bagi Sam tentu saja bangun di kasur entah hotel mana dengan keadaan hangover dengan atau tanpa partner yang ia selalu lupa namanya.

"Gue, sih, nggak punya, tapi asisten-asisten gue punya. Gue, kan, atasan pengertian, nggak kayak elo."

"Gue cukup pengertian, kok."

"Hmmm ...." Evelyn menggumam, sengaja untuk menarik perhatian dua pria yang sedang saling sindir itu. "Kalau Jumat saya ada pemotretan dan syuting, Sabtu saya masih harus lihat store di mall dan mengurus kontrak tenant ...."

"Ya udah, Sabtu itu aja. Mumpung lo lagi liat store, sekalian aja kita juga lihat tempatnya. Kita ketemu di mall?"

Evelyn menggigit kecil bibir atasnya, berusaha mempertimbangkan permintaan Sam. Sabtu adalah hari yang ia tunggu-tunggu sejak seminggu yang lalu. Rafka mengajaknya untuk bertemu, yah, walaupun hanya untuk membicarakan masalah bisnis barunya ini, yang penting ia bisa bertemu dengan Rafka.

"Tapi, nggak bisa lama, ya? Saya ada janji penting," ucap Evelyn berusaha menyembunyikan senyum yang tiba-tiba saja ingin mencuat dari bibirnya ketika mengingat Rafka.

Menyebalkan, Rafka tidak melakukan apa-apa saja rasanya Evelyn mau gila. Seperti ada bunga-bunga yang bermekaran di dalam dadanya. Walaupun kelihatan cuek, Evelyn tau sebenarnya dia cukup atentif. Evelyn menyadarinya bahkan saat pertama kali mereka mengobrol. Kelihatannya hanya diam, tapi Rafka melakukan semua saran yang Evelyn berikan ketika mereka melakukan pemotretan bersama secara tidak sengaja beberapa waktu lalu.

"Gue usahain bisa cepet."

Nada meyakinkan Sam akhirnya membuat Evelyn mengangguk. "Oke, saya boleh minta kartu nama? Atau nomor telepon yang bisa saya hubungi nanti untuk konfirmasi?"

Trini menyodorkan selembar kartu nama milik bosnya yang ia ambil dari dompet. Nama Samuel Farari tercetak dengan tinta hitam yang terasa timbul di permukaan jempolnya. Elegan dan terlihat mahal. Evelyn jadi bertanya-tanya apa Wira memiliki kartu nama yang sama.

"Kalau butuh nomor saya, saya tulis di baliknya," ucap Trini sambil menunjuk kartu nama itu.

"Thanks," ucap Evelyn sopan.

How To End Our MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang