38. Rasa Macam Apa Ini?

112 11 0
                                    

Selamat membaca!

***

Pertemanan antara Thalia, Tasya, Alif dan Dino sudah kembali seperti semula. Walaupun beberapa kali Tasya selalu mementingkan kencan bersama Atha dibandingkan mengikuti kegiatan rutin mereka—menonton film di rumah Alif atau Dino saat weekend tiba. Dan weekend kali ini kebagian di rumah Dino. Cowok itu pun minta ditemani melukis katanya agar mendapat banyak inspirasi.

"Gila, Atha kok mau-maunya sama Tasya?" tanya Dino dengan kesal. Semenjak kejadian Tasya yang mengakibatkan Thalia masuk rumah sakit, cowok itu agak menjaga jarak dengan Tasya. Padahal sedari awal Thalia selalu memberi peringatan agar Dino bisa melupakan hal itu.

"Yaudah sih biarin aja," timpal Alif seraya melirik ke arah Thalia yang sedari tadi sibuk memakan cemilannya seraya mata yang terus menatap ke layar TV dengan tatapan kosong.

Alif sadar, sejak berita soal pertunangan Tasya dan Atha menyebar luas di sekolah, temannya itu lebih banyak diam. Terlibat obrolan pun saat hanya benar-benar penting saja. Atau tergantung mood miliknya.

"Gue pulang duluan ya. Mau ke toko buku," kata Thalia pada akhirnya. Jujur ia merasa hatinya tidak nyaman sekarang ini. Oh, bukan hanya sekarang ini. Namun lebih tepatnya akhir-akhir ini.

"Gue antar, ya?"

"Yah, kalian tega banget ninggalin gue," ujar Dino mendramatisir.

Thalia berdiri dan meraih sling bag. Kemudian tatapannya beralih pada Alif yang sama-sama berdiri bersiap mengantarnya. "Lo di sini aja, Lif. Dino nggak ada temennya. Gue bisa sendiri."

Alif berdecak dan segera meraih tamgan Thalia, "Biarin aja!" lantas keduanya menghilang di balik pintu.

Dino yang melihat itu hanya menggerutu di tempat, "Dasar tukang modus."

Terkadang Dino merasa heran, dulu Alif tidak seberani sekarang. Berani bersedia mengantar Thalia kalau bukan ia yang mengusahakannya. Tapi sekarang, malah Dino yang terlihat tidak tau apa-apa.

***

Soal hati tampaknya memang tidak bisa dibohongi. Semenjak Atha dan Tasya bertunangan, hari-hari Thalia terasa berbeda. Tidak ada yang selalu mengejek dan mengganggunya lagi saat memeriksa soal. Mungkin memang seharusnya ia sadar, bahwa kewajiban menjadi guru bimbel Atha memang sudah berakhir. Tidak ada lagi alasan akan melaksanakan bimbingan belajar bersama cowok itu. Tidak ada lagi alasan untuk bertemu bahkan mengobrol ria lama tanpa canggung dengannya.

Thalia tidak habis pikir, apakah ia mulai menyukai Atha?

Ia menyandarkan kepala pada kaca mobil. Tatapan Thalia terarah pada trotoar yang ada di sepanjang jalan.

Harusnya sekarang ia merasa senang. Harusnya sekarang ia merasa lega. Karena tugasnya sebagai Mak Comblang berakhir. Ia tidak perlu menyusun rencana : tentang bagaimana Atha bisa bersama Tasya atau cara agar Atha menyukai Tasya. Tidak ada. Semua itu sudah berhasil tanpa campur tangan dirinya. Mungkin Tuhan memang sudah berkehendak seperti itu.

Tentang Atha dan Tasya yang bersatu dalam ikatan, pertunangan.

"Ada apa?" tanya Alif yang mengendarai mobilnya saat ini. Matanya sesekali melirik pada Thalia yang duduk di sampingnya dan terlihat murung akhir-akhir ini.

Thalia menegakkan tubuhnya lalu menatap sekilas pada Alif, "Nggak apa-apa," begitu ujarnya. Kemudian ia kembali pada posisi semula.

Alif menghembuskan napas kasarnya. Ia tahu, gadis cantik di sampingnya itu tidak akan berkata jujur. Sekali pun mereka sudah berteman lama. Bahkan mungkin sudah berubah menjadi sahabat. Atau mungkin Thalia ilfeel padanya semenjak pengungkapan rasa waktu itu?

Comblang! Where stories live. Discover now