31. Investigasi Ala Athalia

82 7 0
                                    

Hari ini Thalia sudah berjanji akan bertemu dengan Atha di coffee shop. Gadis itu menerima pesan dari Atha semalam. Ia pikir Atha mengajak bertemu di jam yang sama seperti kemarin malam. Nyatanya cowok itu ingin saat pulang sekolah saja, membuat Thalia merasa bingung, Tasya pasti akan curiga, untuk apa dirinya pergi ke coffee shop siang-siang begini? Walaupun dia sudah tau kalau kafe itu milik Ayahnya Thalia dan ia selalu bimbel bersama Atha di sana. Tetap saja Tasya akan curiga. Bisa saja dia lupa. Pikiran orang, siapa yang tahu?

"Buru-buru banget, Ra?" tanya Dino yang melihat Thali mengemasi barang-barangnya dengan terlalu cepat dan membuat beberapa barang miliknya terjatuh.

Thalia menunjukkan wajah cengengesan miliknya, "He, he ... gue ada janji sama seseorang di kafe sebelah," ujarnya. Sementara Dino hanya menganggukkan kepalanya. Cowok itu pasti mengerti kalau kafe yang dimaksud Thalia, ya ... coffee shop. Karena memang jaraknya yang dekat dengan sekolah. "Duluan ya, guys!" pamitnya meninggalkan Tasya, Dino dan juga Alif.

Sekarang Thalia yakin, Dino dan Alif akan lebih curiga ketimbang Tasya. Karena memang duo cowok itu belum tau perihal Ayah kandung Thalia yang merupakan pemilik coffee shop. Andai mereka tau, ekspresinya bakalan seperti apa ya?

Tidak butuh waktu lama agar Thalia sampai di kafe Ayahnya. Ia hanya berjalan kaki sekitar kurang lebih tujuh menit pun sudah sampai di sana. Kebetulan ia memang tidak membawa sepeda. Karena Bundanya memutuskan agar Thalia menggunakan jasa ojol saja. Mau bagaimana lagi? Akhirnya Thalia hanya manggut, menurut saja.

Masih menggunakan seragam sekolah, Thalia agak ragu untuk masuk ke dalam kafe. Apalagi sekarang adalah jam-jam di mana pekerja sedang beristirahat. Andai saja sekolah tidak pulang lebih awal, mungkin Thalia akan menemui Atha sekitar pukul tiga sore nanti. Bukannya sekarang.

Pandangannya mengedar, mencari sosok Atha yang ternyata sedang duduk di tempat biasa mereka. Aih, rasa-rasanya Thalia dan Atha memang hanya sekali pindah tempat duduk di kafe itu. Semula dari tempat dengan duduk lesehan dan berujung di kursi biasa. Thalia mengernyit saat melihat Atha menggunakan pakaian rumahan. Tidak menggunakan seragam sepertinya. Saat ingat, ternyata kelas XII memang diliburkan untuk hari ini. Karena senin nanti akan menghadapi ujian nasional. Mengingat hal itu Thalia jadi was-was sendiri, apa Atha bisa melewatinya dengan baik? Ya ... walaupun kemampuan cowok itu sebenernya tidak perlu diragukan lagi.

"Udah lama?" tanya Thalia. Kemudian ia mendudukkan diri di sebelah Atha.

Atha tersenyum pada Thalia. Padahal gadis itu tidak tersenyum loh, tadi. "Perhatian banget sih. Takut gue ngerasa lelah gara-gara nungguin lo lama, ya?"

"Iiiih, ge-er banget!" ujarnya. "Gue nggak ada waktu nih, mau ke toko Bunda. Mumpung pulang awal."

"Lo pasti udah tau, 'kan, topik pembicaraan kita kali ini apa? Ya nggak jauh sama misi lo itu. Gue bukannya nggak suka dikejar-kejar sama seseorang, Thal. Tapi, ya ... gue rasa nggak ada salahnya kalo Tasya bilang langsung kalau dia suka sama gue, gitu. Kalo sampe dicomblangin, menurut gue itu nggak fair. Kalaupun ada, ya dicomblangin tanpa sengaja, bukan kaya lo sengaja sampe atur strategi segala."

Thalia menghela napas kasar. Iya, dirinya memang salah. Harusnya dari awal memang tidak menerima tawaran itu. Tapi mau bagaimana lagi? Saat itu Tasya malah ngambek pada dirinya, disusul pula dengan Atha yang memintanya menjadi guru bimbel. Jelas itu merupakan kesempatan bagi Tasya agar mempermudah misi. Nyatanya? "Terus gimana?"

"Gue rasa ada yang salah sama Tasya. Dia pernah cerita tentang pangeran masa kecilnya itukan ke lo? Tasya itu suka sama pangeran kecilnya. Di sini gue tegasin, gue-bukan-pangeran-masa-kecilnya-dia."

"Kalo bukan lo, terus siapa?" tanya Thalia dengan menyandarkan diri ke punggung kursi.

Terlihat raut wajah Atha yang meringis bingung. Terbukti dengan gerakan yang mengusap leher bagian belakangnya. "Gue udah pastiin sama nyokap, kalo kita pindah ke sini pas bokap dipindah-tugaskan. Gue juga sempet tinggal sama Nenek. Jadi nggak mungkin ..."

Comblang! Where stories live. Discover now