2. Kita Jelas Berbeda

495 93 59
                                    

Karena kodrat Perempuan dan Lelaki itu sudah ditentukan sedari awalnya. Jadi tidak perlu membedakan hal yang jelas-jelas sudah berbeda.


***

Thalia berjalan memasuki koridor kelas X di lantai satu dengan terburu-buru. Saat ia hendak berbelok untuk naik ke tangga tak sengaja bahunya bertubrukan dengan bahu orang lain. Membuat tubuh Thalia terjerembab ke atas lantai.

"Ahelah, lo lagi, lo lagi," ucap seseorang membuat Thalia yang sedang merasakan sakit di tubuhnya, buru-buru bangun.

"Pasti lo 'kan yang nabrak gue?" tanya Thalia dengan sengit, seraya menunjuk wajah Atha dengan jari telunjuknya.

Atha terkekeh, kemudian ia menepis jari telunjuk Thalia dari depan wajahnya. "Lo nuduh gue?"

Thalia mendengus kasar, bukannya jawab malah balik nanya, dasar sarap!

"Nggak usah ngebatin kek gitu!" telak Atha, tepat sasaran.

"Eh?" Thalia mengerjapkan matanya, dari mana dia tau, kalo gue ngebatin?

"Ketahuan dari muka jelek lo itu."

"Kampret!"

"Eh, dilarang ngumpat yah di depan kakak kelas! Nggak sopan tau!" ujar Atha.

Thalia memutarkan bola mata malasnya, "Bilang aja dilarang ngumpat sama orang yang lebih tua!" gumam Thalia yang masih bisa didengar oleh Atha.

"Apa lo bilang?"

"Aaah, udah awas, gue mau lewat!" ujar Thalia seraya menyingkirkan tubuh Atha yang menghalangi jalannya. Sungguh, saat ini ia sudah benar-benar telat masuk kelas. Bukannya menyingkir, Atha malah diam tak berkutik seraya memandang wajah Thalia dengan tatapan mengejek. "Kak, mending lo cepetan minggir deh, gue udah telat masuk ini," ujar Thalia.

Atha menunjukkan senyum smirk-nya, kemudian ia bersedekap dada, "Coba aja kalo bisa."

Nih orang kenapa sih? Gue bilang apa, ngejawab apa! Sok-sok-an nantangin lagi. Batin Thalia.

Thalia menghembuskan nafasnya, "Kak, mending sekarang lo minggir deh. Gue itu udah telat beberapa menit, dan sekarang gue harus nambah telatnya jadi beberapa menit lagi cuma gara-gara ngeladenin kelakuan lo itu. Mending sekarang lo minggir!" ucap Thalia dengan raut wajah memerahnya. Sungguh dalam hati ia merasa dongkol dan tangannya itu sudah gatal ingin mencabik-cabik wajah tampan milik Atha—Kakak kelasnya.

Tunggu, tampan?

Ya, Thalia akui saja. Atha memang memiliki wajah yang tampannya di atas rata-rata cowok seumurannya.

Atha yang melihat wajah Thalia  memerah menahan amarahnya, hanya terkekeh. "Weis, santai dong Dek. Kakak juga kan telat gara-gara kamu ngehalangin jalan Kakak tadi."

Sungguh, Thalia semakin jera dengan kelakuan milik Atha ini. Apa-apaan? Tadi lo, sekarang kamu. Thalia juga merasa jijik saat Atha memanggilnya dengan sebutan Dedek. Iw! Dipikir dirinya itu sama seperti Dedek Gemes di luaran sana? Jelas jika dibandingkan dengan dirinya, masih bagusan ia dari pada dede gemes milik Atha itu. Oke, kenapa jadi ngelantur ke dedek gemes?

Comblang! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang