Bagian 3

104 20 14
                                    

"Pertemuan pertama membuatku penasaran. Pertemuan kedua memunculkan rasa rindu. Pertemuan ketiga? Rasanya sudah seperti candu."

***

Terlihat, seorang siswi berjalan sendiri menuju lorong kelas IPS. Tangannya memegang sebuah kipas dan minuman bersoda. Lorong itu terlihat seperti penghubung antara dua dunia yang berbeda.

Dibelakangnya terdapat para siswa yang sedang asyik bergerombol. Terdapat buku catatan, alat tulis, buku pelajaran, dan beberapa makanan di depan mereka. Walaupun waktu sedang menunjukkan jam istirahat, mereka tetap menggunakannya untuk belajar dimanapun, kapanpun.

Berbeda dengan pemandangan di depannya. Ada yang sedang kejar- kejaran dengan dua tangan terangkat kebelakang, ada beberapa siswi yang sedang asyik selfie di depan kelas dengan kamera HP masing- masing, ada beberapa kelas yang tertutup lengkap dengan jeritan-mereka pasti sedang nobar film horor.

Kaki gadis itu pun berbelok menuju salah satu kelas, dan menemukan kedua temannya sedang fokus menatap ponsel masing- masing.

"Awas- awas sebelah lo ntet."

"Eh ini gimana, kagak bisa digerakin."

"MATI ASTAGA MATI."

"Ini gue sendirian dong?!"

"Belakang lo, belakang lo!!"

"Ya gausah sambil mukul dong! Ini badan gue sakit semua."

Kalila maju mendekati mereka, ia lalu mengambil ancang- ancang dengan mengepalkan tangan kanannya, tak lupa Kalila memberikan nafas panas yang keluar dari mulutnya ke kepalan tangan itu.

Ia pun menggebrak meja kedua sahabat itu dengan sangat keras-ternyata ilmu yang ia dapatkan saat mengikuti ekskul karate masih dapat ia lakukan dengan baik.

Sera dan Randu yang kaget hanya bisa terdiam sesaat, sampai sebuah suara lucu terdengar dari ponsel Randu, tanda game yang sedang ia mainkan kalah, karena heronya tertembak.

Sedangkan Afif-teman sekelas Sera dan Randu diujung berteriak latah dengan keras.

"Ayam eh ayam."

Kalila tidak memedulikan dampak dari kekacauan yang ia buat, dan malah berteriak, " Hezra ganteng banget, gue mau nangis!" Kakinya melompat- lompat kecil sampai air dalam botol minuman bersodanya tumpah keatas meja Randu.

"Tolong singkirkan orang ini dari hadapanku, ciripa," ucap Randu kepada Sera. "Aku muak."

Dugg..

"Gausah nendang anjir!"

Sera menaruh ponselnya di meja, kemudian menatap batu emosi Kalila yang akhir- akhir ini selalu berwarna kuning cerah- Sera sering memanggilnya kuning gila, karena Kalila sedang tergila- gila.

"Gue gak mau ya Kal kalo lo pinjem- pinjem IG gue lagi. BIG NO!" tukas Sera cepat.

"Gini loh Sera-soft. Gue kesini cuma mau ngasih ini," jelas Kalila sambil menyodorkan kipas yang telah penuh tanda tangan.

Randu memperhatikan kipas yang diberikan Kalila untuk Sera, lalu tangannya bergerak, menunjuk satu arah, "noh..noh kipas angin gede noh,"

"Ck.. gini lho, kan kemaren Sera kagak mau di jajanin, berhubung gue orangnya baik hati, ramah, peduli, tidak sombong, dan masih banyak lagi yang gak bisa gue sebutin satu- satu. Gue bela- belain minta tanda tangannya XHINE buat neng Sera, hohoho."

"Sebenernya gue gak tau sih ini gunanya apa," celetuk Sera.

"Tapi yaudah deh, siapa tahu bisa buat ngipasin Randu waktu pelajaran agama. Suka kasian liatnya, sering kepanasan gitu kalo lagi praktek doa."

Sapphire [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang