Aksa Narendra

132 25 10
                                    

"Jangan salah paham dulu, gak semua persahabatan antara cowok dan cewek bakal jadi cinta. Sekarang gue enggak sih. Sekarang."--Randu Rasendriya

***

Awalnya, Aksa hanya ingin keluar dan mencicipi angin malam-hal yang sudah sangat jarang ia lakukan, mengingat hari- harinya dipenuhi dengan latihan. Hari ini ia harus melatih vokalnya hingga tengah malam, dan Aksa baru bisa kembali ke asramanya pukul satu dini hari. Keadaan yang sangat sepi membuat ada dorongan kuat dalam diri Aksa untuk melangkah keluar dari area dorm yang ia tinggali sekarang, bersama trainee-trainee lain.

Dengan gerakan cepat, Aksa meraih hoodie dan masker hitam untuk menutupi wajahnya, starter pack, bagi para trainee maupun idol yang akan pergi meninggalkan tempat agensi mereka. Hal ini untuk mencegah adanya rumor buruk, jika mereka tertangkap kamera.

Walaupun Aksa tidak secinta itu dengan kegiatan yang ia lakoni sekarang, paling tidak ia tetap bisa menjaga nama baik para teman traineenya lain, yang bersusah payah mencapai mimpi mereka.

Entah sudah berapa lama ia berjalan. Mata Aksa mencari-cari penunjuk waktu disekitarnya, hingga ia melihat sebuah jam digital yang menyala di atas sebuah toko elektronik. Jam itu menunjukan pukul tiga dini hari.

Ibu kota memang tidak pernah tidur. Masih banyak kendaraan yang berlalu lalang, saat semua orang masih terlelap. Akhirnya, Aksa melangkahkan kakinya naik ke sebuah jembatan penyebrangan. Tempat itu bersih dan lumayan terang. Sangat cocok untuk menikmati lampu-lampu kota.

Ia benar-benar tidak tertidur hari itu, Aksa masih setia berada di atas jembatan itu sampai hari mulai pagi.

Pikiran yang kalut tiba-tiba berubah menjadi panik, karena Aksa harus kembali latihan, dan ia tidak dapat menemukan baik dompet dan ponselnya. Aksa masih merutuki dirinya yang ceroboh, hingga ia mendengar suara langkah kaki yang menaiki jembatan itu.

Pemiliki langkah kaki itu adalah seorang gadis. Sepertinya, gadis itu mempunyai jarak umur yang dekat dengan Aksa, terlihat dari seragam sekolah miliknya. Seragam itu tidak seputih seragam milik beberapa orang yang tadi melewati jembatan itu dengan rambut kuncir dua dengan pita di masing-masing kepala mereka. Bisa Aksa simpulkan, gadis itu sudah di masa akhir sekolah menengah atasnya.

Wajah-tidak-mau-tahu-dan-tidak-ingin-tahu milik gadis itu tiba- tiba berubah menjadi sendu, saat gadis itu mulai menyandarkan tubuhnya kepada pembatas jembatan di depannya.

Lumayan lama saat gadis itu membiarkan angin memainkan rambutnya. Gadis itu masih memandang keramaian di bawahnya, dan masih belum sadar akan keberadaan Aksa yang berjarak beberapa meter darinya.

Hingga akhirnya, sebuah truk melintas dibawah mereka, dan mengeluarkan asap hitam tebal yang langsung menghantam Aksa serta gadis itu. Dengan refleks cepat, gadis itu menutup hidung dan mulutnya, serta berjalan mundur-berbeda dengan Aksa yang hanya menunduk, karena ia memakai masker.

Namun langkah gadis itu terlalu jauh--hampir membuat tubuh gadis itu menghantam aspal di bawah sana, atau kemungkinan terburuk, tertabrak lajunya kendaraan. Dengan cepat Aksa berlari dan meraih tangan serta pinggang gadis itu dengan kuat dan menariknya.

Raut wajah gadis itu menunjukan sesuatu yang tidak bisa dipahami oleh Aksa.

"Kamu tidak apa-apa?" Aksa melepaskan pegangannya, dan membuka hoodie serta maskernya.

Kejadian itu berlangsung sangat cepat, akhirnya kini Aksa sudah berada di atas motor ojek online yang meluncur cepat menuju tempat latihannya. Gadis tadi yang memesankannya untuk Aksa. Gadis itu keberatan jika mempunyai hutang budi kepada Aksa-atau bisa dibilang, Aksa lah yang mempunyai hutang budi kepada gadis itu karena sudah membantunya menyelamatkan hidup trainee lain.

Sapphire [END]Where stories live. Discover now