Bagian 25

35 13 8
                                    

Happy 1k🎉🎉🎉🎉🎉

Astaga kaget banget pas mau nulis angkanya udah bukan ratusan lagi tapi ribuan hihihi...

Thank you buat semua yang udah nungguin cerita ini walaupun kadang aku ghosting:(

Inget banget nama-nama akun yang sering mampir dan nunggu work ini, thanks bgt buat kalian! 

Sekali lagi thankyou yaa sudah bertahan! 

-with love, author, Sera, Aksa, dan segenap rakyat Sapphire lainnya.

***

Sera udah biasa banget, banget, banget ditinggalkan seseorang. Bahkan kadang Sera merasa ada saatnya dimana orang-orang yang dekat dengannya akan pergi meninggalkan Sera.

Dulu waktu SMP, Sera ingat sekali dengan salah satu temannya yang bernama Lila. Bukan, bukan Kalila Jovanka melainkan Meilila Zahra. Mungkin saat itu Sera masih terlalu naif sehingga berpikir bahwa dia dan Lila bisa menjadi sahabat selamanya. Sayangnya harapan Sera hanya sebuah angan-angan tak tergapai. Tiba-tiba Lila menjauhi Sera. Bukan hanya Lila, melainkan seluruh siswi di kelasnya hingga tersisa Sera yang tidak tahu apa-apa. 

Di masa itu, pergantian masa anak-anak menuju remaja milik Sera tidak berjalan dengan lancar. Sera selalu bertanya-tanya, mengapa orang-orang yang ia sayangi selalu meninggalkannya? Mulai dari orangtua Sera hingga teman-temannya. 

Semua terasa begitu salah, dan Sera adalah kesalahan itu. 

Hingga akhirnya, Randu selalu ada untuk menemani Sera. Padahal, saat masih bersama Lila, Sera sering mengingkari janjinya untuk bermain dengan Randu. Randu pula yang menyakinkan Sera untuk belajar membuka dirinya. Untung Sera tidak jadi trauma dengan orang yang bernama "Lila". 

Sekarang situasinya beda, Randu yang meninggalkan Sera dan Sera tahu apa kesalahannya. Memang harusnya ini tidak menjadi masalah besar karena Randu pergi untuk bertemu keluarganya. Namun, pertemuan terakhir mereka tidak berjalan baik. Walau sementara, entah kenapa Sera merasa Randu akan benar-benar meninggalkannya seperti Lila meninggalkan Sera.

Sera menghela nafasnya lumayan keras, cukup keras hingga membuat Aksa menoleh langsung ke arahnya. 

"Maaf, saya bikin kamu terkejut ya tadi?" 

Pipi Deca langsung bersemu karena pikirannya terlempar pada saat Aksa memeluknya tadi. Spontan, Deca menggelengkan kepalanya cukup keras, "enggak! Gue gak mikirin itu sama sekali!" ucap Deca sedikit berlebihan. 

Aksa hanya mengangguk pelan. Saat Sera melirik ke arah batu berlian Aksa, ia tidak bisa mendapatkan clue sama sekali karena warna batu itu tetap berganti-ganti secara cepat. 

Mengenai kejadian 'pelukan' tadi, untung saja nenek Sera tidak melihatnya. Tepat saat Aksa melepaskan Sera, nenek Sera datang sambil membawa toples kaca kosong sebagai tempat kue kering yang sudah matang. 

Kini, Sera dan Aksa sedang duduk bersama di ruang tengah. Aksa sudah berpamitan pulang, dan nenek sedang mengambil beberapa goodie bag untuk membungkus dua toples kue kering supaya Aksa bawa sebagai bentuk rasa terimakasih. 

"By the way, lo bakal dijemput disini?"

"Enggak, terlalu beresiko kalau orang dari agensi tahu tentang rumah ini."

Sera mengangguk paham, "jadi lo bakal ke satu tempat dulu kan?"

"Iya."

"Nah ini, udah aman gak akan pecah." Nenek Sera tiba-tiba muncul sambil menunjukkan tas berisi kue kering ditangannya. "Nak Aksa gak mau sekalian makan malam di sini aja? Bentar lagi sudah mau jam makan malam."

Sapphire [END]Where stories live. Discover now