Bagian 10

45 11 14
                                    

"You're allowed to cry, but do not give up."

***



"Astaga sweetheart! Are you okay?"

Sera menggelengkan kepalanya dengan kuat sebagai jawaban.

Nenek Sera sangat heran dengan kedatangan Sera yang terlalu mengagetkan.

Sore ini Nenek Sera sedang melakukan aktivitasnya seperti biasa—menonton reality show di TV.

Namun tiba-tiba gedoran pintu yang sangat keras mengusiknya, dan rupanya cucunya pulang dengan keadaan mata yang sembab.

"Kamu kenapa?" tanya Nenek Sera untuk yang kedua kalinya.

Sera pun masih sama. Ia menggeleng dengan kuat dan malah mengeratkan pelukannya kepada sang nenek.

Nenek Sera mengelus kepala cucunya dengan lembut, " Duduk di atas yuk?" tawarnya. Mereka lalu berjalan beriringan ke arah sofa ruang tengah. Sesekali Sera terlihat menghapus air mata dengan tangannya.

"Gak mau cerita sama nenek nih?"

Sera masih diam.

"Nenek buatin cokelat panas ya?" tawar Nenek Sera lagi. Beruntungnya kali ini Sera mengangguk setuju. Jujur, dia lumayan haus setelah tadi berlari menuju rumahnya.

Nenek Sera lalu beranjak menuju dapur—menyiapkan cokelat panas untuk cucunya.

Diam-diam Sera melirik ke arah batu berlian di atas kepala Nenek Sera. Ia lalu menghembuskan nafas lega. Warna rose quartz masih terlukis indah disana. Tidak ada warna-warna asing itu lagi.

Bunyi langkah mendekat menyadarkan Sera dari pikirannya.

Itu neneknya. Datang mendekat sambil membawa cokelat panas dan satu toples chocolate chip cookies, lalu meletakkannya di meja.

Tangan Sera bergerak mengambil cangkir di depannya, lalu menyeruputnya sedikit-sedikit.

Nenek Sera masih setia mengelus pelan rambut Sera. Hal itu terbukti membuat perasaan Sera jadi lebih tenang.

"Nek." Sera menaruh gelasnya lalu berbalik menghadap sang nenek.

"Ada cara gak? Biar aku gak bisa lihat emosi orang lagi?"

Nenek Sera mengerutkan dahinya, "Hm? Kenapa begitu?"

"Kemarin-kemarin Sera mikir pengen maksimalin kemampuan Sera, tapi yang terjadi gak sesuai ekspetasi." Sera menghela nafas.

"Gak tau kenapa, tiba-tiba Sera bisa liat warna baru yang bahkan gak pernah Sera liat. Awalnya emang bikin Sera semangat, tapi entah kenapa waktu Sera udah niat, warna-warnanya gak keluar. Giliran Sera udah gak mau lagi, warna-warna itu datang."

Nenek Sera masih mendengarkan dengan sabar.

"Tadi waktu pulang sekolah, warna-warna itu datang lagi. Langsung rame-rame. Sera jadi pusing banget."

"Sera tahu penyebabnya apa?" tanya Nenek Sera.

Sera pun mencoba mengingat-ingat lagi darimana warna-warna ini muncul. Pertama kali ia bisa melihat warna itu di batu berlian Randu. Tapi masa Randu? Bukannya mereka sudah bersama-sama sejak lama?

Akhirnya Sera menggeleng pelan sebagai jawaban untuk nenek Sera.

Nenek Sera hanya tersenyum lalu menarik pelan Sera supaya dapat ia dekap.

"Kemampuan kamu itu anugerah, sweetheart. Kita mungkin sampai sekarang belum tahu kenapa Tuhan memilih kamu. Tapi nenek yakin, ada hal besar yang sudah Tuhan rancang untuk kamu. Mungkin dengan kemampuan kamu, kamu bisa jadi berkat untuk lebih banyak orang." Nenek Sera tersenyum menenangkan. "Tuhan percaya bahwa kamu adalah orang yang tepat saat kamu diberi kemampuan itu, nenek juga percaya kalau kamu bisa."

Sapphire [END]Onde histórias criam vida. Descubra agora