Bagian 30

26 8 12
                                    

Kemeja itu digulung cukup tinggi hingga mengenai sikut. Dasi yang longgar hingga kancing atas yang sudah tidak pada tempatnya membuat siapapun yang melihat Mr. Lee sekarang akan mengira dirinya sedang berada di level maksimum pada tingkat stress milik pria itu. Namun siapa sangka wajahnya berbanding terbalik dengan kemeja yang ia kenakan. 

Senyum itu tercetak jelas disana, menandakan ada pertempuran hebat yang baru saja ia menangkan. 

"Permisi capt." Daniel melongokkan kepalanya melalui pintu yang sudah terbuka setengah. Mr. Lee kemudian mengangguk dan menyuruh Daniel masuk.

Daniel yang sudah mendapat persetujuan pun langsung masuk dan meletakkan satu gelas Americano panas di meja Mr. Lee dan menggenggam kopi miliknya sendiri. "Buat selebrasi," kata Daniel singkat kemudian menyesap kopinya. 

"Tahu aja saya baru mau turun ke bawah buat beli kopi," ucap Mr. Lee kemudian meraih kopi yang dibelikan Daniel.

Daniel hanyak diam sambil mengangguk. Ia pun menaruh dirinya di sofa tanpa ijin terlebih dahulu kepada Mr. Lee. Daniel kemudian melirik ke arah bosnya karena biasanya jika ia melakukan hal itu pria asli Korea tapi medok di Indonesia itu akan uring-uringan. Tapi lagi-lagi Mr.Lee hanya senyum-senyum sendiri sambil melihat ke layar komputer. 

"Selama saya kerja disini, baru sekarang saya lihat muka Kapten gembira banget. Ya bagus sih, tapi kok saya malah merinding ngeri ya?"

Mr. Lee yang semula masih senyum-senyum sendiri langsung melirik Daniel datar. "Ganggu aja kamu."

"Lihat apa sih,capt? Kok sampai seneng banget."

"Lihat video penangkapan babi ngepet."

"Hah mana?" Daniel yang penasaran langsung menuju meja kerja Mr. Lee kemudian ikut menengok ke layar komputer berlogo buah itu. "Mana babinya, capt???"

"Lha ya itu di depan kamu." Mr. Lee menunjuk video dimana ayah tiri Aksa yang meronta-ronta saat di bawa polisi ke kantor polisi. Kejadian itu memang sudah satu bulan terlewat tapi tetap saja prosesnya berjalan cukup lama dan baru saja keluar hasilnya tadi malam. 

Di penjara dengan tuduhan; pengedaran minuman keras dan obat terlarang serta penganiayaan. 

Daniel menggeleng-gelengkan kepalanya heran hingga akhirnya duduk ke sofa lagi. Ia tahu akhir-akhir ini bosnya itu sampai tidak tidur demi mengurus masalah ini, oleh karena itu dia memilih untuk membiarkan Mr. Lee menikmati hasil kerja kerasnya. 

"Dari kecil saya sering banget di cap lemah sama banyak orang. Teman-teman di sekolah bahkan keluarga saya sendiri. Kamu tahu kan di sana kasus bullyingnya tinggi? Saya termasuk salah satu korbannya," kata Mr. Lee membuka cerita dengan mata yang mengawang-awang. 

"Banyak orang yang bilang bahwa saya gak akan bisa sukses nantinya. Itu yang membuat saya jadi seneng banget ketika saya berhasil mencapai sesuatu yang bagi saya sendiri awalnya gak mungkin. Termasuk yang baru-baru ini terjadi, saya senang bisa menepati janji sampai selesai."

Daniel menaikkan alisnya penasaran, "janji sama Aksa?"

"Aksa dan ibunya." 

Daniel mengangguk paham dan membiarkan Mr. Lee meneruskan ceritanya. 

"Waktu pertama saya ketemu Aksa, dia masih sangat kecil. Ada beberapa luka di tangan dan kakinya tapi tatapannya selalu lembut saat ia melihat ibunya. Waktu itu ibunya Aksa yang membawanya kesini, malam-malam dengan jaket tipis. Dia berkata kepada saya kalau dia dengar disini adalah tempat yang bagus dan yang paling aman. Malam itu saya tidak tahu maksudnya apa sampai Aksa yang memberitahu saya apa yang sedang terjadi satu tahun setelahnya." 

Sapphire [END]Where stories live. Discover now