16. Sebuah Prasangka

434 30 3
                                    

Sebelumnya aku minta maap dah buat kalian nunggu lama.. (buat yg nunggu kalo ngk ada ydh,-)
Dan sekarang aku balik lagii hehee...
Makasih kalian yg setia sama nih cerita yaa🖤

Happy reading🖤


Aku harap ini hanya prasangka ku dan kamu baik-baik saja.
~AshevaKhoirunnisaFahrezi~

Sekarang aku sangat takut bagaimana jadinya jika besok abi telah mengetahui jika umi yang sebenarnya telah tiada. Aku takut abi sangat kecewa kepadaku karena aku telah berbohong kepadanya. Sungguh bukan aku bermaksud untuk membohongi abi, tapi keadaan yang memintaku untuk seperti itu.

Namun, aku sangat bersyukur karena alhamdulillah abi bisa selamat dari kejadian jatuhnya pesawat. Tadi abi juga sempat memarahi bang Fahrul tentang kepindahannya itu. Bang Fahrul tetap mengotot untuk pindah dengan melontarkan seribu alasan untuk sang abinya. Dan pada akhirnya bang Fahrul yang memenangkan dengan seribu alasannya tadi.

Keesokkan harinya aku masuk sekolah dan akan diadakan seleksi susulan untuk pidato berpasangan. Aku dan Aznan akan melaksanakannya tanpa adanya latihan, dan semoga saja hasilnya tak mengecewakan.

***

Bel sekolah pun berbunyi menandakan kegiatan belajar mengajar telah selesai dan waktunya untuk pulang ke rumah masing-masing. Aku dan Aznan telah selesai seleksi saat jam istirahat pertama tadi. Tanpa kuduga kami masih lancar seperti waktu pertama kita tampil kemarin.

Saat ini aku tengah menunggu jemputan dari bang Fahrul. Tanpa kusadari ada mobil berhenti tepat berada di depan ku. Jendela mobilnya pun terbuka menampakkan seorang wanita paruh baya yang mirip seperti umi.

"Tante Ina?"

Orang yang mengendarai mobil tadi adalah tante Ina yang merupakan adik dari umi. Tante Ina pun menyuruhku untuk masuk ke mobil dan aku langsung masuk dan memeluk tante Ina.

Tangis pun tak bisa untuk sedikitpun ku bendung. Apalagi melihat sosok tante Ina yang sangat mirip dengan umi membuat rasa rindu ku ke umi terluapkan.

"Hikss.. hikss..."

"Shevaa... Maafkan tante ya, tante baru bisa datang menemuimu." Ucap tante Ina sembari mengelus puncak kepalaku.

"Hikss... She- Sheva rindu u- umii.." ucapku sambil terisak.

Setelah adegan tangis menangis tadi, kita langsung pergi menuju rumah sakit tempat dimana abi dirawat. Suasana di dalam mobil ini menjadi sangat hening dan pada akhirnya tante Ina memulai percakapan terlebih dahulu.

"Shevaa... Jujur tante sangat terkejut tau kabar ini. Ngak ada yang mau ngabarin tante kalo ada kejadian yang menimpa kalian dan pada akhirnya tante mengetahui sudah terlambat..."

Tringgg... tringgg...

Hp ku tiba-tiba berbunyi dan menampakkan nama bang Fahrul disana.

Assalamualaikum

Waalaikumsalam..

Kamu udah dijemput tante Ina, kan?

Alhamdulillah udah, bang.

Maaf abang ngak bisa jemput, ini abang baru ngurusin kepindahan kuliah abang dulu.

Iya bang gapapa.

Yaudah dulu yaa... Assalamualaikum

Waalaikumsalam

Setelah selesai telpon dengan bang Fahrul, ternyata bersamaan dengan sampai di rumah sakit tempat abi dirawat.

Sheva & AznanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang