Bagian 18

11.1K 847 92
                                    

Perjalanan itu entah kenapa terasa begitu lama, Fellicia menatap Regan yang duduk di sampingnya dengan cemas, suaminya itu tampak lebih diam dari pada sebelumnya. Keduanya duduk bersisian di dalam mobil mewah milik Roger Bramantha.

Usai mendengar kabar dari Benny mengenai kondisi Roger yang memburuk, pria tua itu mengajak keduanya untuk menemui sang Taipan Asia itu di rumahnya. Tidak mudah memang membujuk Regan untuk mau menemui Papanya, suaminya itu tampak begitu antipati terhadap pria yang sudah menjadikannya ada di dunia ini. Tapi Fellicia percaya meski mulut Regan mengatakan kalau ia tidak peduli pada kondisi papanya, namun yang tersirat justru sebaliknya. Pada akhirnya setelah mengerahkan segala upayanya untuk membujuk suaminya itu, Fellicia merasa lega karena Regan mau menuruti permintaannya.

Fellicia menyentuh pelan lengan Regan, begitu pintu di sampingnya di buka oleh Benny yang menandakan kalau mereka sudah tiba di kediaman mertuanya. Regan seketika berjengit nampak terkejut oleh sentuhannya, sepertinya pikiran suaminya itu sedang tidak berada di tempatnya. Meski hubungannya dan Regan tidak sedekat layaknya hubungan yang terjalin antara suami dan istri yang memiliki chemistry, tapi Fellicia bisa merasakan kegalauan yang di rasakan oleh pria itu. Raut wajahnya yang datar entah kenapa terlihat begitu rapuh di mata Fellicia saat ini.

"Silakan Tuan dan Nona." Pinta Benny kepada keduanya.

Menyadari tak ada pergerakan sama sekali yang di lakukan Regan, Fellicia menautkan jemari mereka lalu menggenggamnya dengan erat hingga membuat Regan terkesiap. Mereka berpandangan sejenak sampai Fellicia memberinya senyuman yang terasa menenangkan hatinya. Regan bahkan tidak mengerti, bagaimana caranya tangan mungil itu bisa meruntuhkan segala kegundahan hatinya saat ini hanya dengan sebuah sentuhan.

"Ayo, kita harus melihat kondisi papa di dalam." Ajak Fellicia sambil menarik tangan Regan.

Regan tidak menjawab, dia hanya mengikuti Fellicia yang kini sudah merangkul lengannya.

Keduanya mengikuti Benny yang berjalan lebih dulu didepan mereka, pria paruh baya itu membawa keduanya memasuki rumah besar nan mewah itu dalam diam. Tiba-tiba Fellicia merasakan aura ketegangan begitu menginjakkan kakinya di rumah itu, padahal sebelumnya Fellicia tidak pernah merasakan hal itu ketika dulu ia memasuki rumah itu bersama Titan, entah kenapa dengan Regan berbeda mungkin bisa jadi karena situasinya yang tak sama.

Beberapa pelayan yang berjejer di depan pintu masuk untuk menyambut kedatangan mereka hanya di balas senyum tipis oleh Fellicia, sementara Regan tidak bereaksi apapun, suaminya itu sudah seperti patung bergerak.

Setelah melewati ruangan utama yang luasnya seperti lapangan, mereka lalu menaiki anak tangga dan berbelok ke kiri dimana ada satu buah pintu bercat coklat yang menghubungkannya dengan kamar Roger Bramantha. Benny mengetuk pintu itu dengan pelan, tak menunggu lama suara lembut wanita yang sudah tidak asing lagi terdengar oleh mereka.

"Masuk!"

Tanpa menunggu dua kali, Benny memutar handle pintu dan langung meminta Fellicia dan Regan untuk memasuki kamar itu begitu pintu di buka.

Dari tempatnya berdiri, mereka melihat Roger terbaring lemah di atas ranjang king size miliknya sedang melakukan obrolan dengan Dokter pribadinya, sementara Raysa berdiri tak jauh dari suaminya dengan mata melihat ke arah mereka--nampak terkejut oleh kemunculan mereka.

Kali ini Fellicia mengusap lengan atas Regan yang masih di rangkulnya sejak tadi, dia tersenyum begitu pandangan mereka bertemu sementara Regan hanya memasang wajah kaku. Lalu keduanya memasuki kamar itu dengan langkah sedikit dipelankan.

Fellicia membawa Regan mendekati ranjang mertuanya begitu dokter pergi diantarkan oleh Benny.

"Benny bilang tadi papa pingsan." Cetus Fellicia dengan nada khawatir. "Apakah sakit jantung papa kambuh lagi ?"

Sang Penggantiحيث تعيش القصص. اكتشف الآن