Bagian 14

11K 860 55
                                    

Happy reading

Maaf typo bertebaran

_______________^^____________

Alea langsung menarik kursinya hingga dadanya menempel pada meja di depannya. "Oke, kau bisa bertanya sekarang?" Dia tersenyum tulus.

Melihat itu Fellicia buru-buru berdekham, karena sejujurnya dia hampir kehilangan tekadnya untuk bertanya begitu melihat reaksi Alea. Oh, apakah tidak apa-apa jika dia bertanya menyangkut hal-hal yang pernah dilakukan wanita itu bersama dengan suaminya di masa lalu? Lalu apakah dia akan sanggup mendengarnya jika pada kenyataannya mereka memang pernah melakukan hal yang jauh sebelumnya?

Dengan gerakan pelan Fellicia mengeluarkan ponselnya dari saku jas almamater yang di pakainya, lalu setelah beberapa saat mengutak-ngatiknya Fellicia segera menyerahkan ponsel itu kepada Alea.

Tak butuh waktu lama bagi Alea untuk mengenali potret pria yang ada di layar ponsel itu, tanpa sadar Alea membekap mulutnya dengan satu tangan nya, sedangkan matanya masih menatap ponsel di tangan kanannya dengan terkejut bercampur tidak percaya.

"Akhir-akhir ini aku selalu di kirimi foto-foto itu oleh nomer tak di kenal." Kata Fellicia sambil terus mengawasi reaksi Alea.

Usai puas meneliti foto dua sejoli yang sedang berpose intim di atas ranjang, Alea menyerahkan kembali ponsel tersebut pada Fellicia. Sesaat lamanya keduanya sama-sama diam, Alea masih menunggu Fellicia untuk melanjutkan ucapannya, namun Alea cukup mengerti apa yang tengah di pikirkan wanita itu yang wajahnya terpancar jelas raut kegundahan di dalamnya, karena dulu Alea pun pernah merasakannya, saat dimana dirinya di hadapkan pada dua pilihan antara mempercayai suaminya atau orang lain. Dan sekarang Fellicia berada dalam situasi yang sama, satu kesimpulan yang bisa Alea tangkap dari kejadian ini adalah bahwa wanita muda yang kini sedang meremas jemarinya dengan cemas di hadapannya sedang jatuh cinta.

"Aku tahu apa yang ada di pikiranmu saat ini, jika kau bertanya apakah wanita yang ada di foto itu adalah aku, maka dengan jujur aku akan menjawab, kamu salah Fellicia." Alea tersenyum lembut seraya menyentuh pelan punggung tangan Fellicia.

"Dan aku sangat yakin, bahwa pria yang ada dalam foto itu pun bukan Regan." Alea buru-buru menggeleng ketika melihat gelagat Fellicia yang seperti akan memotong ucapannya. "Aku meyakini nya bukan karena aku mengetahui luar dalam suamimu, tidak karena hubungan kami tidak seperti itu."

"Aku cukup mengenal pribadinya, Aku sudah katakan bukan kalau Regan tahu bagaimana menghargai seorang wanita? Karena itulah aku tidak percaya kalau Regan melakukan hal tak senonoh seperti yang ada di foto itu. Kau harus percaya ucapanku, Regan adalah pria paling baik yang pernah ku kenal. Andai aku lebih dulu bertemu dengannya, mungkin aku juga akan jatuh cinta kepadanya." Alea memasang wajah serius sejenak lalu tersenyum ketika melihat raut wajah Fellicia yang tegang.

"Tidak, aku hanya becanda. Percayalah, rasa cintaku hanya untuk suamiku." Alea kembali tersenyum. "Sejujurnya aku sangat senang mendengar Regan akhirnya memilih untuk menikahimu. Dan kau...pasti tidak akan menyesal memiliki suami seperti Regan."

"Uhmm.. Apakah kau pernah menanyakan foto itu padanya?" Tanya Alea kemudian.

Fellicia terkesiap, sejak tadi dia berusaha mendengarkan baik-baik ucapan Alea mengenai suaminya, sekecil apapun informasi mengenai Regan ia rekam di dalam ingatannya tanpa melewatkan satupun, karena faktanya dia memang belum mengenal betul bagaimana sifat pria yang hampir 4 bulan ini menjadi suaminya. Pria itu begitu tertutup seperti membatasi dirinya bahkan pada Fellicia sekalipun.

"Aku..Tidak berani menanyakannya." Fellicia tersenyum pahit, seperti ada yang meremas hatinya begitu mendengar pertanyaan Alea.

"Kenapa?"

Sang PenggantiWhere stories live. Discover now