Bagian 4

12.4K 865 53
                                    

Fellicia membuka matanya perlahan, sinar mentari langsung menyilaukan pandangannya. Dia mengusap matanya lalu terkejut ketika mendapati malam telah berganti siang dari balik jendela yang sudah tersingkap gordennya. Dengan cepat dia menyibak selimutnya dan berniat secepatnya turun dari ranjang.

"Kau sudah bangun?"

Fellicia tersentak, dia menolehkan kepalanya dengan segera dan seketika kembali terkejut saat matanya menemukan sosok Regan di sofa santai di sudut ruangan sedang memangku laptop diatas pahanya. Tanpa sadar, dia termangu saat berbagai peristiwa yang terjadi kemaren langsung memenuhi pikirannya.

Pria itu...yang memiliki kesamaan fisik dengan pria yang dicintainya adalah suaminya sekarang.

Fellicia berdiri dengan canggung di bawah tatapan Regan yang kembali datar kearahnya.
"Maaf, aku bangun kesiangan." Katanya dengan wajah menunduk.

Dia tak berani menatap ke arah Regan, karena seingatnya semalam mereka sempat berselisih tegang ketika pria itu mendapatinya menangis diam-diam. Regan bahkan langsung meninggalkannya sendirian tanpa mengatakan apapun setelahnya dan hal itu membuat Fellicia merasa tidak enak hati saat berhadapan dengan pria itu kembali di pagi ini.

"Thats oke, sekarang kau duduklah kemari dan minumlah susu mu dulu mumpung masih hangat." Kata Regan dengan datar.

Fellicia mendongak dan menatap Regan dengan ragu, namun akhirnya ia berjalan pelan menuju tempat Regan yang kini tengah kembali fokus pada laptop di pangkuannya.

"Terimakasih." Katanya sesaat setelah dia duduk di sofa panjang di depan Regan duduk.

Regan mengangkat wajahnya, lalu mengukir senyuman yang sangat tipis. "Aku tidak tahu kau suka minuman apa, jadi aku meminta pelayan membuatkan susu untukmu."

Fellicia membalas senyuman Regan. "Ini juga aku suka, tapi sebaiknya lain kali biar aku saja menyiapkannya sendiri karena rasanya tidak etis kalau suami yang menyiapkan kebutuhan istrinya."

Sejenak Regan tidak membalas ucapan Fellicia, dia hanya menatap wanita itu dengan tatapan datar khasnya hingga membuat Fellicia kembali salah tingkah.

Oh, apakah aku salah bicara?

"Tidak apa-apa, aku tidak keberatan." Jawab Regan, lalu ia kembali menundukkan wajahnya, menatap layar laptop dengan serius sedangkan jemarinya terus menari di atas keyboard.

Sementara itu, Fellicia mulai meminum susunya dalam diam. Matanya terus menatap kearah suaminya tanpa berkedip, mau tak mau dia membandingkan sikap Regan yang cenderung cuek dengan Titan yang selalu bersikap hangat padanya, hatinya seketika seperti dicubit saat mengingat hal itu.

"Tadi begitu bangun aku langsung menelepon rumahmu untuk mengirimkan obatmu kemari, sedangkan untuk pakaian aku sudah memesannya di butik milik temanku."
Kata Regan dengan santai tanpa mengangkat wajahnya.

Fellicia mencengkeram mug susu dengan kuat, dia terdiam sesaat lamanya, merasa terenyuh karena dibalik sikapnya yang terlihat cuek ternyata Regan begitu memperhatikan kondisinya. "Kau...baik sekali. Uhmm.. tapi kenapa kau tidak sekalian meminta pelayanku untuk membawakan pakaianku yang di rumah saja?"

Mendengar ucapan Fellicia, seketika Regan mengangkat wajahnya, tatapannya masih sedatar sebelumnya. "Kau boleh meminta pelayan untuk membawanya lain kali, tapi untuk sekarang biar aku yang belikan untukmu."

Meski ucapan itu bernada datar tapi cukup membuat hati Fellicia tersentuh, sebenarnya meski dia lahir dari keluarga kaya tapi selama ini Fellicia menjalani gaya hidup yang sederhana, dia bukanlah anak yang gemar membelanjakan harta orang tuanya untuk hal-hal yang tidak terlalu penting baginya.

Sang PenggantiWhere stories live. Discover now