Bagian 8

10.7K 841 58
                                    

Fellicia kecil sedang bersenandung riang menyusuri kebun bunga, gaun pestanya yang mengembang dibagian bawah membuatnya terlihat seperti seorang putri raja yang cantik jelita ditengah-tengah kebun mawar yang indah, lalu ketika sampai di ujung pintu kaca langkahnya terhenti. Remaja itu ada disana, meski penampilannya yang sekarang jauh lebih rapih dari sebelumnya tapi Fellicia sangat yakin kalau mereka adalah orang yang sama, calon dokter tampan yang telah membuat hatinya berbunga-bunga ternyata tidak jadi pergi. Dengan senyuman di wajahnya Fellicia segera berlari menghampiri calon dokter tampan itu yang sedang menatapnya dengan kedua tangan terselip disaku jasnya.

"Kakak tidak jadi pergi ke sekolah?" Tanya Fellicia dengan nafas tersengal usai berlari tadi.

Kening Remaja itu mengerut dalam, seperti tidak mengerti dengan ucapan Fellicia. Tapi di detik selanjutnya dia tersenyum.

"Kau yang bernama Fellicia?" Tanpa mengindahkan pertanyaan Fellicia, remaja itu balik menanyakan namanya.

Senyuman Fellicia langsung memudar, dia merasa kecewa calon dokter tampan itu ternyata tidak mengingat namanya, padahal baru saja beberapa menit yang lalu dia menyebutkan namanya. Seolah tidak ingin menunggu lama, remaja itu langsung menggenggam tangan Fellicia lalu menariknya pelan untuk mengikuti langkahnya.

"Ayo, orang tuamu sudah mencari mu di dalam."

🍒🍒🍒

Fellicia terbangun di ranjang kamarnya dengan kepala yang terasa berat luar biasa. Dia menarik dirinya dengan susah payah untuk bersandar pada kepala ranjang. Dia mencoba mengingat-ngingat kejadian yang tengah menimpanya sebelum ini, dia pergi ke makam Titan lalu hujan turun hingga membuatnya kedinginan dan merasakan keram di kakinya, kemudian seseorang datang dan mengangkat tubuhnya. Seketika Fellicia tersenyum pahit saat menyadari ketololannya sendiri, dia sadar yang menolongnya di pemakaman bukan Titan melainkan Regan. Tentu saja, Titan-nya tidak mungkin bangkit dari kematian hanya untuk mengobati kerinduannya pada pria itu.

Dan saat itulah Fellicia mendengar pintu kamarnya di ketuk, kemudian seorang pelayan yang di ketahuinya bernama Nunik muncul dari balik pintu membawa nampan berisi makanan.

"Non Felly sudah bangun?"

"Sudah bi." Fellicia tersenyum lemah sambil mengawasi Nunik menaruh makanan di nakas.

"Bagaimana keadaan non? Apa masih pusing kepalanya?" Nunik bertanya dengan segan.

Fellicia reflek menyentuh keningnya. "Ya, masih sedikit pusing." Jawabnya dengan suara lemah.

"Kalau begitu, bibi suapkan buburnya ya non, nanti abis itu non Felly langsung minum obatnya." Nunik menarik kursi single kesisi ranjang Fellicia.

Fellicia mengangguk pelan, dia membuka mulutnya ketika Nunik mengarahkan sendok bubur ke mulutnya. Lalu mengunyah dalam diam, tatapannya yang sayu ia layangkan ke arah balkon kamar yang pintunya terbuka menampilkan suasana siang hari yang terik di luar sana.

"Kemaren Tuan mencari non Felly kerumah, tapi bibi bilang kalau non Felly belum pulang. Terus tuan langsung buru-buru pergi lagi dan pas pulang bibi kaget begitu lihat tuan gendong non yang pingsan dan basah kuyup."

Penuturan Nunik seketika membuat Fellicia terkesiap, dan fakta itu membenarkan dugaannya kalau Regan-lah yang telah menolongnya saat di pemakaman. Harusnya Fellicia merasa kecewa karena bukan Titan yang datang, namun kenapa seperti ada bunga-bunga bermekaran didalam hatinya ketika mendengar kenyataan itu. Tapi ingatan saat pria itu membentak dan bersikap kasar padanya kemarin seketika menepis kebahagiaan itu.

"Kemarin tuan keliatan panik sekali pas tahu non Felly demam tinggi. Bibi dan yang lainnya pengin membantu tapi di larang sama Tuan. Malahan tuan Regan sendiri yang menggantikan baju dan memeriksa non Felly." Lanjut Nunik sambil mengaduk-ngaduk mangkuk bubur.

Sang Penggantiजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें