PART 32: PERMINTAAN MENDEBARKAN

24.8K 4K 1.1K
                                    


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Para siswi berjalan dengan antusias di koridor menuju lorong tempat di mana mading berada

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Para siswi berjalan dengan antusias di koridor menuju lorong tempat di mana mading berada. Hari ini adalah pengumuman jadwal pentas seni. Bahkan Riri dan Aneta tak tahu jadwal itu akan diumumkan hari ini. Pengumuman itu sangat tiba-tiba. Selama ini persiapan yang mereka lakukan selalu dikoordinasikan oleh Ella dan Javas tanpa memberi tahu dengan jelas kapan pastinya pentas itu.

Lorong mading dipenuhi oleh para siswi yang penasaran. Satu-satunya yang membuat mereka sangat penasaran adalah siapa yang akan memerankan lima pangeran dalam teater dan siapa pula yang sangat beruntung menjadi sang Putri.

Riri merasa sesak melewati kerumunan itu. Beruntung sudah tak begitu banyak karena tak lama kemudian mereka memegang ponsel, sedang melihat pengumuman lewat foto yang tersebar di grup percakapan sekolah.

"Gue harus apa?" Riri berhasil berdiri di depan mading dan sangat frustrasi melihat pengumuman itu. Tak ada pemberitahuan mengenai siapa yang akan memerankan para pangeran baik putri, Riri cukup tenang mengenai itu. Hal yang justru membuatnya frustrasi adalah tanggal yang tercantum di sana.

Satu minggu lagi. Pentas itu akan berlangsung.

Sementara dia tak pernah latihan dengan cowok-cowok itu selain Gafi. Sementara Gafi sendiri tak jelas menjadi pangeran apa.

"Menerima kenyataan," balas Aneta, turut prihatin. Dia menepuk-nepuk pundak Riri sambil meringis. "Nanti gue yang ambil semua gambar kalian. Buat kenang-kenangan kalau lo pernah ada di antara mereka." Aneta tersenyum masam.

"Jangan terlalu berisik," gumam Riri, baru teringat di mana mereka sekarang. Riri menatap Aneta dan memikirkan sesuatu. "Aduh, gue kayaknya mau pergi dulu. Lo makan sendirian lagi, deh. Soalnya gue nggak tahu ... eum ... perginya sampai kapan."

Aneta mengernyit. Dia memandang Riri penasaran. "Ke mana?"

Riri menggaruk lehernya, bingung harus mengatakan apa. "Ada, deh. Bye!"

Riri berlari cepat melewati beberapa siswi yang masih sedang asyik bergosip mengenai pentas seni. Baru membayangkan berada di atas panggung saja rasanya sudah menegangkan. Bagaimana jika orang-orang akan melihat dia dan lima cowok itu berada di panggung yang sama?

Game Over: Bull's EyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang