PART 3: AWAL TRAGEDI

46.3K 5.6K 299
                                    

"Langkah sepatu bersahut-sahutanMulut-mulut berbicaraAku benci bisingAku benci keramaianMereka mendatangi satu sama lainTertawaBerbincangBerpelukanIni terlalu asing untuk kupijakiNyawaku rasanya telah hilang entah ke manaHanya ada kekosongan yang ...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Langkah sepatu bersahut-sahutan
Mulut-mulut berbicara
Aku benci bising
Aku benci keramaian
Mereka mendatangi satu sama lain
Tertawa
Berbincang
Berpelukan
Ini terlalu asing untuk kupijaki
Nyawaku rasanya telah hilang entah ke mana
Hanya ada kekosongan yang tak berarti
Hampa
Tolong....
Aku hanya ingin pulang ...
ke pelukan-Mu"

*

Arandra buru-buru masuk ke kamarnya sambil membawa kemeja sekolahnya yang kusut. "Ri, minta tolong setrikain kemeja sekolah gue dong, huhu, telat, nih."

Riri berhenti sejenak di tangga. Ada sepatu di tangannya karena dia baru saja selesai membersihkan sepatu sekolah Arshinta, sepupunya yang lain, kakak kandung Arandra.

"RIRI GORDEN DI RUANG TAMU JANGAN LUPA DIBUKA, YA! TERUS LO NYAPU BENTARAN DOANG, KOK!" seru Shinta dari dalam kamarnya yang berseberangan dengan kamar Arandra.

"Ri, pinjem kaos kaki lo, ya!" teriak Arandra di kamarnya.

"RIRI NANTI HABIS NYAPU JANGAN LUPA SETRIKAIN BAJU GUE JUGA, YA! KAYAK BIASANYA!" teriak Shinta lagi.

Arandra keluar dari kamarnya mencak-mencak. "Ri, jangan turutin Shinta! Mau aja lo disuruh-suruh sama dia!"

Riri mengangkat bahu. Sudah biasa sejak sekitar dua tahun yang lalu, tepatnya saat dia harus tinggal di rumah itu karena mereka adalah satu-satunya keluarga. Dia berjalan ke depan kamar Shinta dan menyimpan sepatu Shinta di sana, lalu pergi dari hadapan Arandra sambil berucap, "gue beresin gorden dan nyapu bentar."

"Riri kemeja gue duluuu. Gorden nanti gue yang urus," kata Arandra.

Riri berhenti di tengah tangga. Dia kembali berbalik menuju kamar dan mengambil setrika. Arandra langsung duduk di meja rias dan menghias rambut curly-nya agar makin indah. Sementara Riri sibuk menyeterika kemeja sekolah Arandra hingga sangat rapi. 

Begitu kesehariannya selama dua tahun belakangan. Teriakan-teriakan di pagi hari oleh mereka sudah seperti sarapan untuknya. Tante Rista selalu marah jika anak-anaknya itu menyuruh-nyuruh Riri. Riri juga tak masalah karena menganggap Arandra dan Shinta juga terkadang membantunya di situasi sulit. Riri juga berpikir dia hanya menumpang di rumah itu dan tak mengeluarkan uang sepeserpun untuk makan, listrik, dan tempat tingal. Semuanya ditanggung oleh Tante Rista dan Om Ben, kecuali biaya sekolah dan jajan karena Riri bisa mengambilnya di tabungan sedikit dan belajar hemat untuk tidak boros mengambil banyak.

"Nggak perlu terlalu licin nggak apa, kok," kata Arandra tanpa berpaling menatap wajahnya di cermin.

Riri menatap Arandra dan mengangguk. "Udah," katanya sambil memasukkan kemeja sekolah itu ke gantungan baju.

"Eh, ini bantuin rambut gue dikit lagi," kata Arandra saat Riri sudah berdiri di ambang pintu, ingin keluar membereskan yang lain. Riri kembali berbalik untuk berdiri di belakang Arandra dan membantunya.

Game Over: Bull's EyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang