PART 19: DEBARAN

24K 3.7K 593
                                    

Vernon dan anggota kelasnya di XI IPA 1 langsung berhamburan keluar dari kelas menuju laboratorium Kimia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vernon dan anggota kelasnya di XI IPA 1 langsung berhamburan keluar dari kelas menuju laboratorium Kimia. Di tengah perjalanan, Vernon sempat melihat Riri yang berjalan dengan gerombolan siswi kelas X IPA 5 yang akan olahraga di lapangan. Cewek itu kelihatan murung. Sudah berhari-hari sejak kejadian di mal dan Vernon masih merasa sangat menyesal telah mengambil langkah yang salah.

Dia berusaha melupakan kejadian itu dan selalu berpikir bagaimana agar Riri tidak lari lagi setiap kali melihatnya. Sampai detik ini pun Vernon masih belum punya rencana lain.

Arahan dari guru dia dengarkan setengah-setengah. Saat pembagian kelompok praktikum dia tidak begitu mendengarkan. Vernon melihat Ruby saat Ruby menoleh ke belakang untuk melihatnya. Tatapan Ruby datar, lalu dia kembali fokus pada guru.

Ruby adalah salah satu teman kelompoknya dan Vernon baru sadar saat tak sengaja mendengar godaan dari beberapa siswi di dekatnya mengenai Vernon yang kembali satu kelompok dengan Ruby. Seolah mereka memang ditakdirkan untuk selalu bersama.

Vernon juga baru sadar ternyata Ruby menatapnya karena mereka satu kelompok.

Vernon merasa semakin bersalah. Dia harus bisa memilih keputusan secepat mungkin; memutuskan Ruby atau pun melanjutkan hubungan itu.

Sekali saja dia salah mengambil langkah maka taruhannya adalah Ruby akan dijadikan sebagai target dan Ruby akan membencinya seumur hidup.

***

"SATU PUTARAN LAGI!"

Teriakan Pak Anggar selalu mengalihkan perhatian siswa-siswi dari aktivitas lain. Guru olahraga di kelas XI itu sedang menghukum Malvin, satu-satunya siswa XI IPS 4 yang tidak membawa pakaian olahraga. Malvin berlari mengelilingi lapangan bola dan kali ini adalah putaran terakhir dari beberapa putaran.

Malvin paling sering absen pada mata pelajaran apa pun bahkan saat kenaikan kelas XI dia terancam tinggal kelas karena nilai-nilainya yang tidak mencapai standar.

Dia sengaja berjalan di dekat Pak Anggar dengan seragam sekolah agar Pak Anggar memanggilnya dan menghukumnya. Setelah hukuman itu selesai, dia bisa bebas berkeliaran di sana. Teman-temannya sudah selesai pemanasan dan mereka sedang berbaris pada bagian setengah lapangan bola. Setengah lapangan dipakai oleh siswa-siswi kelas X IPA 5.

Malvin mengambil kesempatan itu untuk melihat Riri.

Suasana hati Malvin buruk ketika sosok yang dia rasa paling menjadi saingannya di permainan Game Over mucul.

Erfan melewatinya setelah melemparkan tatapan sinis kepadanya. Malvin sontak tertawa. Hal itu membuat langkah Erfan berhenti.

"Ngapain lo ketawa?" tanya Erfan saat berdiri di samping Malvin. Gerak-geriknya terlihat sangat ingin menghantam Malvin sejak tadi.

"Iya. Lucu aja. Ngapain lihat gue sambil sinis-sinis gitu?" Malvin diam sesaat. "Oh, iya. Kita kan saingan, ya. Jadi harus sinis-sinisan."

"Eh, cowok freak—"

Game Over: Bull's EyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang