Roftoop

20.6K 3K 164
                                    

Bismillahirrahmanirrahim. Selamat membaca dan jangan lupa ambil hikmahnya ya.

***

Seperti pagi biasanya, Adiba berniat memberikan satu bekal sarapan kepada Fatimah. Tapi kali ini bukan kotak bekal, melalu dari bungkus nasi yang sudah Adiba siapkan. Alhamdulillah, berkat gaji yang diberikan keluarga Reynand kepadanya, Adiba bisa menabung, dan selebihnya bisa ia gunakan untuk kebutuhannya dan Mbah Putri, termasuk memberikan Fatimah sarapan. Ah gadis kecil itu cantik sekali, Adiba sangat menyukainya.

Pasti gadis itu sudah menunggunya didekat sekolah. Senyum Adiba tidak bisa berhenti untuk terukir, membayangkan wajah senang milik Fatimah.

"Fatimah kemana ya?" sudah hampir jam tujuh lima belas, tapi Fatimah juga belum kelihatan.

Adiba melihat jam tangan seharga tiga puluh lima ribu di tangan kirinya, kalau dia semakin lama disini, bisa-bisa dialah yang akan terlambat. Akhirnya Adiba memutuskan untuk masuk saja.


"Adiba kamu kenapa? Dari tadi melamun aja, nggak kayak biasanya." Dila heran saja Adiba masih juga belum masuk.

Adiba menoleh."Aku kepikiran Fatimah Dila."

"Fatimah siapa?"

Akhirnya Adiba menceritakan bermulanya ia bertemu dengan Fatimah.

"Kamu masih sempat aja kasih orang lain makan, padahal kamu aja sering puasa gara-gara nggak makan! Kamu ini gimana sih?!" Dila sedikit tidak suka. Bukannya apa, kepedulian Adiba kepada orang lain kadang membuatnya sendiri kesulitan.

"Bukan gitu Dil, Fatimah itu masih kecil. Sedangkan aku insyaallah masih bisa bekerja. Kamu bayangin aja gadis sekecil itu bekerja hanya demi mencari sesuap makan. Walaupun apa yang aku berikan itu tidak seberapa, setidaknya bisa menghemat uang sakunya untuk membeli sebungkus nasi." Adiba menjeda sesaat ucapannya. "Entah kenapa, melihat Fatimah, aku seperti melihat diri aku sendiri Dil.

"Maaf ya," gentir Dila merasa bersalah.

"Nggak apa-apa, lagian puasa kan juga nambah pahala."

"Jadi rencana kamu nanti apa?"

"Aku mau mencari Fatimah Dil."

***

Jam kedua adalah jam olahraga kelas XI. IPA 1 pada setiap hari Senin. Tapi yang diherankan, kenapa kelas XI.IPA4 juga ikut bergabung?

Sebenarnya bukan dibuat terheran, lebih tepatnya senang kegirangan karena bisa bergabung dengan kelas Abrisam dan Abimanyu.

"Baiklah anak-anak. Alasan kenapa bapak menggabungkan kelas kalian dengan mata pelajaran yang sama, dikarenakan guru yang mengajar dikelas XI. IPA 4 tidak datang hari ini. Dan sebelumnya saya juga sudah kontak dengan Abimanyu,  untuk diberitahu kepada teman-temannya yang lain tentang pengambilan ujian tengah semester gabungan."

"Silahkan pemanasan dulu," tutur pak Ilham, "Abrisam tolong Pandu teman-temannya yang lain."

Tanpa mengatakan satu katapun Abrisam langsung pergi kedepan. Sesaat matanya terhenti pada seorang gadis dengan jilbab putih yang menutupi kepalanya. Seperti biasanya, pancaran kecantikan gadis itu memang selalu beda dari gadis lainnya di sekolah ini.

AdibaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang