Tentang Adiba

21.9K 3.3K 536
                                    

Setiap badai itu ada akhirnya, begitu juga dengan hidup. Allah memberi ujian seperti ini, karena Allah tau kita manusia yang kuat. Hidup akan terasa muda kalau kita selalu bersyukur.

Adiba Shakila Atmarini

***

"Abrisam, letakkan dulu ponsel kamu, kita lagi belajar." Saat ini Adiba lagi mengajari Abrisam beberapa rumusan  kimia di dekat kolam berenang rumah Abrisam. Adiba akui, tempat ini benar-benar nyaman dijadikan tempat belajar.

"Oh iya, sekalian lo kan ada. Buatin tugas gue." Abrisam melempar buku tugasnya diatas meja didepan Adiba.

"Tugasku sudah selesai." Adiba tidak menyauti apa yang dikatakan Abrisam dan malah membereskan semua barang-barangnya.

Sontak Abrisam yang melihatnya sekilas langsung menarok ponselnya tadi diatas meja.

"Mau kemana lo?!" tandas Abrisam.

"Waktu aku udah habis," tutur Adiba menutup bukunya.

"Lo nerima gaji dari bokap gue, tapi lo nggak ngasi apapun sama gue!"

Adiba menatap lekat mata Abrisam."Apa yang ingin kamu ketahui, itulah yang akan kamu dapatkan, jika kamu menginginkan ilmu dariku, maka kamu harus mengikuti prosedur dan aturan dariku selama belajar. "Dua jam lebih lima menit ini apa saja yang kamu lakukan?" tanya Adiba. "Tidak ada Abrisam, kita akan belajar kalau kamu sudah siap menganggapku sebagai gurumu," ucap Adiba membereskan semua buku-bukunya.

"Jangan sok ngatur gue lo ya!"

"Kamu memboroskan waktu Abrisam, ketahuilah, setan paling suka dengan manusia yang boros. Termasuk boros waktu."

"Diam lo!" gertak Abrisam yang berhasil membuat Adiba sedikit tersentak.

"Aku harus pulang. Nenekku sudah menunggu," tutur Adiba seraya berdiri.

"Gue antar." Jujur Abrisam merasa bersalah setiap kali dia berkata kasar kepada gadis ini.

"Nggak usah, aku takut nanti tetanggaku malah pikir yang enggak-enggak."

"CK, ngapain juga lo mikirin omongan mereka? Yang jelas lo nggak ngapain-ngapain."

Adiba tetap tersenyum. "Kamu pernah mendengar bukan? Bahaya dari sebuah fitnah? Kebanyakan manusia itu lebih banyak percaya tentang apa yang mereka lihat, dari pada  bertabayun terlebih dahulu."

Lagi-lagi Abrisam dibuat bungkam oleh ucapan Adiba. Tidak ada perdebatan yang bisa dia menangkan dengan gadis ini.

"Adiba mau kemana?" tanya Meliah yang sedang membawa toples berisi biskuit.

"Adiba pulang dulu bunda."

"Eh? Emang udah selesai?" tanya Melia melihat puteranya dan Adiba.

"Udah Bunda," jawab Adiba seraya tersenyum.

"Yaudah kalau begitu, biar Abrisam aja yang antar."

"Mmm, bunda nggak usah. Hari juga udah mau gelap bunda, lagian Adiba agak." Tidak mungkin dia mengatakan kalau sebenarnya dia risih ketika berduaan disana mobil bersama Abrisam, ya walaupun dia duduk dibelakang, tapi tetap saja. Islam tidak membenarkan akan hal itu.

AdibaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang