Mengalah bukan kalah

23.7K 2.7K 99
                                    

Assalamualaikum teman-teman, Adiba kembali update. Jangan luppa ramaikan ya.

Happy reading

***

Abrisam tersenyum puas."Gue mau lo jadi budak gue."

Permintaan Abrisam sudah kelewatan, budak? tidak! dia tidak akan pernah menjadi pesuruh siapapun. Rasul sudah bersusah payah mengangkat derajat perempuan, dan membebaskan dari perbudakan. Lantas sekarang Abrisam malah mau menjadikannya budak?

"Jangan mencoba menolak Adiba karena gue nggak pernah main-main dengan ucapan gue."

Demi menjaga auratnya, Adiba rela menjadi pesuruh Abrisam walaupun hatinya memberontak. "Iya, aku mau," jawab Adiba sangat terpaksa.

"Gadis pintar." Abrisam dan teman-temannya merasa sangat puas melihat ketidak berdayaan seorang Adiba.

Suara gebrakan pintu yang keras sontak mengejutkan mereka. Mereka nampak panik dengan kedatangan Dila dan juga Abimanyu, kecuali Abrisam yang tetap terlihat santai saja.

"Adiba!" pekik Dila, matanya membulat sempurna setelah melihat bagaimana kondisi sahabatnya yang mengkhawatrikan. Dila menatap mereka satu-satu dengan tatapan yang menyalang, dadanya sampai dibuat naik turun. Manusia seperti apa mereka ini? memperlakukan sahabatnya seperti ini, hatinya sangat sakit dan tidak terima.

"Apa yang mereka lakukan ke kamu Adiba?" Dila merangkul bahu Adiba dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

Adiba masih menampikkan senyum sok tegarnya. "Aku nggak apa-apa Dil."

Dila berdiri dan mendorong dada Abrisam keras. "Brengsek! Apa yang sudah lo lakukan ke sahabat gue?!" emosi Dila sudah tidak tertahan lagi.

"Berani ya lo dorong Abrisam?" Velya maju menghadapi Dila.

"Apa? lo pikir gue takut sama kalian ha?!" 

Adiba mencoba berdiri, berusaha menahan emosi Dila. "DIl, udah. Kita ke luar aja ya."

"Nggak Adiba, mereka semua harus dikasih pelajaran, biar nggak seenaknya," tolak Dila. Dia tidak sebaik Adiba yang bisa memaafkan orang begitu saja.

"Lo mau cari gara-gara sama kita?" Ririn maju mendorong bahu Dila, namun saat itu juga Dila mempelintir tangan Ririn sampai membuatnya meringis sakit.

"Auh sakit! Lepasi gue!"

"Sakit ya? Lalu gimana dengan rasa sakit yang dirasain sahabat gue ha?!" Dila semakin memperlintir tangan Ririn semakin keras.

Febri mencoba menghentikan Dila, namun belum sempat dia menyentuh Dila, Dila sudah lebih dulu menendang Febri sampai dia terpental.

"Brengsek!" umpat Febri.

"Dila, aku mohon, lepasin Ririn," pinta Dila.

Dila menuruti keinginan Adiba dan melepaskan tangan Ririn. 

"Gue nggak nyangka ya, lo pada bisa sebajingan ini? terutama lo Abrisam." Abimanyu juga marah dan kecewa kepada mereka semua terutam pada Abrisam yang merupakan sepupunya sendiri. "Adiba salah apa sih sama kalian? Dila pernah jahatin kalian ha?!"

"Bi, walaupun lo sepupu gue, bukan berarti lo bisa ikut  sama apa yang gue lakukan."

Ucapan Abrisam barusan sungguh membuatnya tidak mengenal sepupunya lagi, Abrisam yang dulu sudah tidak ada lagi.

"Abrisam yang dulu kayaknya memang udah mati ya Sam? gue nggak tahu apa yang membuat lo berubah seperti ini. Yang jelas, putra dari Bunda Melia sudah tidak ada lagi."

Abrisam selalu tersulut emosi jika apa yang dia lakukan, apalagi yang dilakukan itu salah, kemudia menyeret nama bundanya. "Lo jangan bawa-bawa bunda dalam hal ini, Bi! Atau gue bakal ngelupain kalau lo itu sepupu gue."

AdibaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang