Api vs Air

29.7K 3.3K 130
                                    

Assalamualaikum teman-teman, Adiba update lagi.

Selamat membaca

***

"Gue Abrisam Reynand! Akan pastikan hidup lo hidup tidak akan tenang, baik itu sekolah maupun diluar."

Adiba tidak kalah dengan tatapan Abrisam yang menyala-nyalah. "Aku Adiba, nggak takut sama kamu!" bukannya takut, Adiba malah semakin berani melawan Abrisam, semua anak-anak berbisik tentang mereka. "Apa yang aku lakukan tidak salah, jadi aku nggak perlu takut!"

"Lo!" Abrisam tersulut emosi, namun ditahan oleh Abimanyu.

"Gue serius Abrisam, biarin dia! atau gue laporin ke bunda," ancam Abimanyu membuat Abrisam berhenti.

Setelah kejadian tadi, Adiba segera berlari meninggalkan lokasi pertengkaranya dengan Abrisam menuju toilet sekolah. Didalam kamar mandi Adiba melepaskan jilbabnya dengan tersendu-sendu sambil mengambil wuduk karena batalnya wuduk Adiba. Adiba tidak henti-hentinya menangis, bayangan saat Abrisam menyentuh tangannya tadi benar-benar membuat dadanya sesak, terlebih lagi ingatan akan salah satu hadis yang ia baca.

"Sungguh jika kepala seorang laki-laki ditusuk dengan jarum dari besi lebih baik baginya dari pada dia menyentuh seorang perempuan yang tidak halal baginya"

***

Lesuh? Ya itulah gambaran raut wajah Adiba sekarang ketika baru memasuki rumah yang bisa dikatakan cukup besar bagi Adiba.

"Assalamualaikum." Bukan Adiba yang mengucapkan salam, melainkan orang berasal dari dalam rumah dengan duduk di kursi rodanya.

Adiba baru tersadar kalau dirinya sampai lupa mengucapkan salah saat memasuki rumah. "Waalaikumsalam Mbah," jawab Adiba lalu menyalami tangan Mbah Putri. "Maaf ya mbah, Adiba lupa ucapin salam."

Mbah Putri tersenyum menghelus kepala Adiba yang sudah bersandar di pahanya. "Ada masalah ya di sekolah?" tanya Mbah Putri membuat Adiba semakin membenamkan kepalanya di paha Mbah Putri.

"Tangan Adiba." Rasanya Adiba tidak sanggup mengatakannya kepada Mbah Putri atas kejadi tadi. Dadanya masih sangat terasa sesak, dia masih belum dapat menerima apa yang dilakukan Abrisam tadi. Dia tidak pernah menyangkah, Abrisam menyentuh tangannya begitu saja.

Mbah Putri khwatir, sebenarnya apa yang terjadi kepada cucunya? tidak biasanya Adiba pulang dalam keadaan seperti ini. "Ada apa dengan tangan kamu, toh Ndok?"

Adiba melepaskan pelukannya dan menatap nenek putri dengan air mata yang masih mengalir. "Tadi di sekolah ada yang megang tangan Adiba Mbah, dia marah ke Adiba karena Adiba memberikannya surat peringatan atas pelanggaran peraturan sekolah yang dia lakukan. Apa Adiba salah Mbah?"

"Adiba tidak salah, itu sudah kewajiban kamu sebagai penegak peraturan sekolah," ucap Mbah Putri.

"Terus kenapa Adiba malah dia permalukannya Mbah?"

"Apa kamu juga menantangnya Ndok? sehinggak membuatnya semarah itu kepada kamu?" Mbah Putri balik bertanya.

Adiba mencoba berpikir, apa ketegasan yang dia berikan kepada Abrisam itulah yang membuatnya sampai melakukan tindakan kurang ajar seperti tadi?

"Ingat toh Ndok, api jangan dilawan dengan api, sebab akan menyebkan api menjadi hitam. Tapi api harus dilawan dengan air, bagaimanapun api akan tetap kalah terhadap air, makanya Adiba harus sabar menghadapinya, karena tidak semua karakter orant itu sama."

AdibaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang