20

224 43 157
                                    

Happy Reading-! 💛

🍓🍓🍓

Zya pov

Sudah lima hari lamanya Lucas gak read chat dari gue. Padahal gue beri jawaban atas pilihannya.

Setelah pertemuan kami di Kafe, Lucas gak masuk Sekolah. Alasannya masih dengan bisnis. Sampai sekarang gue belum tau dia bisnis apaan.

"Ko, lo tau Lucas bisnis apaan?" tanya gue ke Kak Alfa yang sedang minum es jeruk.

Sekarang gue di Kantin sama Daya, Kak Bara, dan Kak Alfa. Ah iya, gue panggil Kak Alfa dengan sebutan koko yang artinya 'abang' karna dia keturunan china, sama dengan Lucas.

Semenjak insiden di Kafe, kami sudah merasa dekat seperti layaknya teman yang saling bahu-membahu.

Sebenarnya Lucas dan Alfa memiliki marga China. Nama Lucas di China itu Huang Jian dan nama Alfa di China itu Dong Yuai. Karna mereka tinggal di Indonesia, jadi nama mereka diubah menjadi nama lokal.

"Gue gak tau juga, Cah. Yang gue tau babanya itu punya perusahaan besar di sana. Baba masih muda kok, baru 34 tahun. Ya kali dia udah nerusin usaha babanya," jelas Alfa.

"Cah bocah ketek lo asem! Gue udah SMA, ya. Baba itu...papa?" tanya gue penasaran.

Alfa mengacungkan kedua jempolnya, "Seratus buat lo, Cah!"

Gue merenungkan perkataan Alfa barusan. Benar juga, Babanya masih muda, gak mungkin secepat ini menyerahkan perusahaannya di usia muda. Kecuali...

"Lo gak mau ke kelas, Cah? Bel bunyi tuh," kata Alfa yang membuat gue sadar dari lamunan.

"Lo mikir apa, Zya? Masih kak Lucas?" tanya Daya lembut dan gue hanya mengangguk.

Daya tersenyum, "Ya udah, nanti gue main ke rumah lo sambil curhat-curhat gitu. Mau gak?"

Dengan antusias gue mengangguk kencang semangat 45.

"Yuk ke kelas!"

~~~

Sebelum ke rumah gue, kita ke Indojuni dulu beli cemilan. Lagian jarang juga si sabun mau ke rumah gue.

"Maskeran asik nih kayaknya!" ucap Daya antusias.

Gue mengangguk dan mengambil banyak macam masker.

"Banyak amat lo ambil maskernya. Kita mau mukbang masker? Kebelet glowing, Neng?"

Gue tertawa dan memukul bahunya. "Bukan Jenudin! Ngestok gapapa kali?"

Daya hanya ber-oh ria. "Nginep di rumah gue aja gimana? Kapan lagi kan kita fulltime gini? Besok ke Sekolah kita naik mobil gue," kata gue dengan semangat.

Daya menjetikkan jarinya, "Boleh tuh! Ayo borong cemilan!"

"Ayo!"

~~~

Sampai di depan gerbang rumah, bukannya disambut dengan hangat malah tatapan terkejut dari Bunda.

LUZYA Where stories live. Discover now