Bab 20.2 : Stand-Up Comedy

Start from the beginning
                                    

=====
paku tindis = paku payung
=====

Atau di lain kesempatan ada komedian yang menyanyikan petikan lagu Lingsir Wengi kemudian bertanya pada penonton apakah sudah ada yang kesurupan? Denny langsung batal tertawa karena ia tahu lagu Lingsir Wengi itu sejatinya adalah kidung ciptaan Sunan Kalijaga untuk menghimbau agar penduduk tidak keluar rumah saat malam guna menghindari dirampok atau wabah juga berfungsi ganda sebagai doa keselamatan agar terbebas dari segala gangguan dari baik dari yang bisa dilihat oleh mata maupun oleh makhluk tak kasat mata.

"Yak! Untuk penampil pertama dari sesi kali ini adalah Sitanggang dari kelas X!" ujar pembawa acara yang langsung mempersilakan Sitanggang naik panggung.

"Oke, ini ada sedikit harapan!" gumam Denny, sebab ia tahu sendiri selera humor Sitanggang itu tidak biasa dan meskipun terkesan malas belajar dan Regina sempat pikir anak itu agak bloon, Sitanggang sebetulnya anak cerdas. IQnya saja 130 dan dia meskipun terkesan tak pernah belajar jarang sekali dapat nilai merah.

"Yo! Horas! Selamat pagi warga Akademi Kumala Santika!" sapa Sitanggang.

"Ketemu lagi dengan saya Iqbal Purba Sitanggang, pelajar Kumala Santika yang paling teladan di kelas X," ucapnya penuh percaya diri.

"Huuuuuuu!!!" Kontan saja tindakan Sitanggang yang dengan pede-nya memproklamirkan diri sebagai murid teladan sekelas X langsung mendapat sorak-sorai mengejek dari penonton.

"Eits! Sebelum teman-teman protes soal ini, coba sebutkan satu saja anak kelas X di Kumala Santika yang bukan anak gembala tapi selalu riang serta gembira? Ada? Ada? Adakah selain Sitanggang yang satu ini?" tunjuk Sitanggang pada dirinya sendiri.

Kontan saja sebagian besar penonton tertawa mendengar gurauan pembuka dari Sitanggang. Denny pun mulai terkekeh.

"Orang Batak biasanya lebih suka dipanggil nama marganya daripada nama depannya. Bagaimana kalau ada yang nama marganya sama? Biasanya mah dipanggil nama marga plus julukan atau profesinya. Contohnya : Siregar Si Tukang Palak, Siagian Si Mandor, Siregar Dumptruck, Siregar Tukang Jagal. Nah! Oleh karena itu pertama kali masuk Kumala Santika yang aku lakukan adalah datang ke kantor Tata Usaha dan minta daftar lengkap semua siswa Akademi Kumala Santika? Kenapa? Biar kalau ada kakak kelas atau teman setingkat yang punya nama sama aku bisa minta dipanggil Sitanggang Yang Riang Gembira!"

Lagi-lagi penonton tertawa, tapi Sitanggang belum selesai dengan aksi komedinya.

"Bicara soal marga, benernya marga saya ada dua. Yang satu Purba dari Ibu yang satu lagi Sitanggang dari Bapak. Tapi karena aku lebih sayang sama ayah maka marga ayahku saja yang jadi panggilanku! Nah! Karena aku seorang Sitanggang maka aku mau cerita soal seorang Sitanggang yang jadi ayahku!"

"Doa wajib yang diucapkan ayahku setiap terima gaji atau bonus dari kantornya adalah : Ya Tuhan jauhkan aku dari godaan diskon yang terkutuk!" Sitanggang mengucapkan hal itu tanpa tersenyum atau tertawa sama sekali sementara Denny sudah berusaha keras supaya tawanya tidak meledak, "Tapi selalu saja setiap tengah bulan ada email masuk ke ponsel ayah yang isinya tawaran diskon untuk barang-barang kesukaan ayah misalnya laptop, aksesoris ponsel, atau lebih parahnya lagi diskon besar dari toko game favorit ayah! Sayangnya meskipun sudah berkali-kali istighfar dan memohon dilindungi dari godaan diskon yang terkutuk, ayahku sering sekali khilafnya. Kalau sudah begitu biasanya menjelang akhir bulan akan ada teriakan khas dari satu-satunya wanita di rumah kami : 'AYAH! KENAPA DUIT BELANJA BULAN INI SUDAH HABIS?'"

Beberapa penonton kini mulai cekikian, terutama ibu-ibu guru.

"Manusia sering sekali khilaf dan salah tapi Tuhan itu maha pengampun lagi maha penyayang sayangnya istri itu kan tidak begitu! Ibu aku meski ayahku tobat nasuha sekalipun takkan diterima tobatnya oleh Ibuku kalau uang belanjanya habis sebelum akhir bulan!"

Sekarang tawa para ibu-ibu guru itu pun meledak sebelum disusul oleh tawa sejumlah besar penonton. Beberapa seperti halnya Ibu Ketua Yayasan dan Bapak Kepala Sekolah sampai harus memegangi perut mereka yang sakit karena mendengar celotehan Sitanggang yang rasanya selalu tidak kehabisan akal untuk membuat celetukan-celetukan konyol.

"Dan bicara soal hubungan suami-istri, seorang bijak pernah berkata pada aku : wahai suami hati-hatilah kalian dalam memboncengi istri-istri kalian saat naik motor! Kenapa?"

"Tidak tahu," para penonton menimpali.

"Jadi petuah dari orang bijak ini terlahir karena pengalaman pribadi beliau sendiri. Kala itu sang suami yang mengantar istrinya ke dokter gigi sengaja tidak mengajak istrinya banyak bicara karena gigi sang istri masih sakit katanya. Padahal biasanya si istri ini cerewet sekali!"

"Nah di hari naas itulah, kala selesai berobat dari dokter gigi, si suami membonceng istrinya pulang ke rumah. Karena mengantuk akibat semalam lembur pekerjaan kantor dan istrinya juga diam saja kayak setan yang lagi dibelenggu di bulan Ramadhan."

Lagi-lagi penonton tergelak.

"Si suami memacu motornya lebih cepat. Tapi ya kok apesnya saat itu jalanan Medan sedang banyak lubangnya karena sudah berhari-hari hujan lebat walhasil goncangan keras kerap terjadi pada motor itu. Anehnya si istri sama sekali tidak protes padahal biasanya mulutnya sudah kayak mercon disulut pakai bahan bakar mesin!"

Derai tawa penonton terdengar lebih keras.

"Sampai rumah barulah si suami sadar jok penumpangnya kosong! Sebentar! Kalau teman-teman berpikir ini adalah cerita horor maka suaminya pun semula berpikir demikian. Dipikirnya ada begu atau macam hantu tak betul yang menyaru jadi istrinya. Lalu ponselnya tiba-tiba berdering dan dan dari seberang sana si suami dengar gerundelan istrinya," Sitanggang diam sejenak, "pakai bahasa orang planet yang tak dipahami manusia bumi!"

Sekarang pembawa acaranya pun tak kuasa untuk tidak tertawa.

"Langsung saja si suami putar balik dan kembali ke klinik, tapi belum sampai di klinik dia lihat sejumlah besar orang berkerumun di jalan. Waktu si suami mendekat si suami lihat istrinya ada di situ, babak belur dan ada luka di kepala dan kakinya."

"Tapi waktu si suami mau mendekat, ada polisi cegah si suami. Bertanyalah si polisi itu, "Maaf Bang! Kenal Abang dengan ibu ini?"

"Ya tentu saja dijawab sama suami kalau ibu itu istrinya! Tapi ternyata jawaban istrinya itu sungguh di luar dugaan, 'Tak kenal aku dengan pria yang tak betul itu!' lalu pulanglah sang istri pakai mobil angkutan kota!" tawa penonton sekarang makin keras dan tak berhenti-berhenti hingga lewat 3 menit.

"Sampai di rumah, si suami tak jua diberi maaf oleh sang istri dan karena mengkhawatirkan 'keselamatan' jiwanya, si suami malam itu juga angkat kaki dari rumah dan tinggal di rumah rekannya sampai si istri normal kembali dan mau memaafkan kejadian tersebut!"

Penonton kembali tertawa namun tak seheboh yang tadi.

"Jadi kesimpulannya apa teman-teman?" tanya Sitanggang memberi tebakan.

"Jangan jadi suami yang tak betul macam bapak itu!" jawab Ignas dari tribun penonton.

"Iya benar, dapat uang tunai 100 dari saya, 100 rupiah!" sahut Sitanggang yang lagi-lagi mengajukan pertanyaan lanjutan, "Ada lagi?"

Para penonton berkasak-kusuk selama beberapa saat, lalu semuanya mengangkat bahu atau menjawab tidak tahu.

"Kesimpulannya teman-teman, bahwa pernikahan itu tak seindah pacaran, karena itu sebelum menikah pastikan dulu bobot, bebet, dan bibit pacar atau tunangan Anda supaya keselamatan Anda tidak terancam sepanjang usia perkawinan! Salam pernikahan sekali seumur hidup yang riang gembira!" Sitanggang pun mengakhiri sesi komedi tunggalnya.

*****

Sitanggang baru saja turun panggung ketika Oka menghampirinya. Dahi Sitanggang langsung mengernyit soalnya Oka itu sudah terkenal jadi pembawa kabar buruk terkait Unit Lima kepada para Lokapala.

"Ada masalah apa?"

"Datu Merah mau ketemu kamu dan Andi!"

"Tunggu! Kenapa harus dengan Andi?"

"Datu Merah bilang ada misi khusus yang hanya bisa diselesaikan kalian berdua!"

Berdua dengan Oka, Sitanggang akhirnya meninggalkan area pentas seni dan turun ke basement, Markas Unit Lima. Denny yang melihat Oka mendekati Sitanggang dari atas tribun tamu kehormatan sebenarnya penasaran apa yang tengah terjadi tapi untuk saat ini dia memutuskan takkan memikirkan soal itu. 

Lokapala Season 2 : Pahom NarendraWhere stories live. Discover now