26. Loss of Life

282 49 19
                                    

"Apa yang membuatmu nekat pergi ke sana? Sudah kubilang abaikan mereka. Tapi kau malah mengabaikan ucapanku!" Yohan masih saja mengomel. Meski tangannya tidak berhenti membersihkan luka yang ada di pelipis Yena dengan telaten. "Baru akan menyesal jika sudah terjadi seperti ini, kan?"

"Maafkan aku," cicit Yena yang sedari tadi hanya bungkam.

"Jangan meminta maaf. Berjanjilah untuk tidak mengulanginya lagi."

Nada tegas Yohan benar-benar membuat Yena terpekur. Gadis itu tidak lagi mengeluarkan suara dan hanya mengangguk memberi respon. Membuat Yohan berulang kali menghela napas. Jadi merasa bersalah.

"Kau harus tahu seberapa takutnya aku tidak menemukanmu di sini tadi. Kau temanku satu-satunya, Yena. Aku tidak ingin kau terluka." Lalu ditangkupnya wajah Yena agar mereka bisa saling bertemu tatap. "Aku sungguh mengkhawatirkanmu. Aku tidak bisa membiarkan gadis baik sepertimu diperlakukan kasar dan tidak manusiawi seperti tadi."

Teringat kejadian yang sudah dilaluinya, Yena jadi merasakan sakit dan sesak bersamaan. Disamping perlakuan kejam Heejin, pikiran Yena lebih tertuju pada Nancy.

Ia menemukan Nancy yang dalam keadaan sudah tidak bernyawa. Lalu di waktu yang sama, Heejin datang menyerang dan menumpahkan segala tuduhan padanya. Bukankah kedua senior itu selalu bersama ke mana pun mereka pergi sebelumnya? Kenapa Heejin seolah tidak tahu-menahu tentang kejadian yang membuat Nancy kehilangan nyawa? Dan justru menuding orang lain sebagai pembunuh.

Memikirkan itu kepala Yena semakin berdenyut nyeri. Ah, ini sudah kedua kalinya ia berbenturan dengan benda keras. Yang pertama saat terjerembab ke sungai. Dan yang terakhir … ini yang sangat menyakitkan. Dibenturkan sekuat tenaga beberapa kali ke pohon pinus, sungguh isi kepala Yena seperti dicengkeram tanpa ampun.

"Kenapa?" Yohan menyingkirkan kain yang sedari tadi ia gunakan untuk membersihkan noda darah di sekujur dahi, pelipis dan kepala bagian belakang gadis itu. Menyadari ada yang tidak beres melihat Yena meringis dan berdesis lirih.

"Kepalaku sakit sekali." Yena berucap pelan dengan mata yang sudah mengerjap sayu.

Yohan pun dengan sigap menata tempat dan membantu Yena merebahkan badan.

"Tidurlah, kau butuh istirahat." Tangan Yohan mengusap surai gadis itu. "Kau aman jika ada bersamaku. Aku tidak akan membiarkan siapa pun menyakitimu lagi."

Bisikan Yohan seperti alunan yang menghanyutkan Yena ke dalam kegelapan. Tapi baru beberapa menit terpejam damai, bayangan-bayangan wajah pucat dan tubuh mengenaskan Nancy seolah menghantui alam bawah sadarnya.

Spontan kedua mata Yena terbuka lagi. Pandangannya langsung bertemu telak dengan Yohan yang masih mengamati wajahnya sambil menunduk.

"Ada apa? Tidurlah. Aku di sini."

"Yohan... Kak Nancy- "

"Sssstt. Jangan pikirkan itu."

"Kita tidak bisa membiarkan jasad Kak Nancy begitu saja, Yohan."

Penuturan Yena membuat Yohan diam sejenak.

Lalu semakin bungkam saat Yena mengimbuhkan dengan suara parau, "Aku tidak mau dihantui rasa bersalah. Aku tidak bisa menghilangkan ingatan tentang Kak Nancy. Terlebih dengan kondisinya yang aku temui terakhir kali. Itu membuatku tidak nyaman."

Yohan mengambil napas dalam-dalam, sebelum berucap, "Lalu apa yang harus kita lakukan?"

• • •

Entah sudah berapa ratus anak tangga yang mereka pijaki. Dengan langkah tergesa, Jisung, Felix dan Woojin seperti akan kehabisan napas sebentar lagi.

BREAK AND DEATH ||StrayKidsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang