8. Peculiarity of Telescope

340 55 2
                                    

PRAKKKHH

"Felix?!"

Si empunya nama mengerjap begitu manusia-manusia di ruangan ini kompak memandangnya terkejut.

"Maaf, maaf.." Felix segera membungkuk dan mengambil teropong yang sempat jatuh ke lantai itu dengan gerakan gugup.

"Kau membuatku hampir jantungan," dumal Changbin yang berdiri tak jauh darinya.

Minho ikut berseru, "Aku sudah memperingatimu, Felix! Bukan waktunya untuk bermain-main!"

"Aku kan sudah minta maaf! Aku tidak sengaja--"

"Sudah, sudah!" Bang Chan langsung menyela. "Seharusnya kalian sadar kita tidak punya waktu untuk berdebat!"

"Guys," timpal Woojin dengan suara tenang. "Sepertinya waktu kita tinggal sebentar lagi---"

BRUUUSSHH!!

Ombak bersamaan dengan terjangan angin membuat kapal yang mereka naiki berguncang tiba-tiba.

Semuanya menegang.

"… Sebentar lagi kita sampai di pelabuhan," sambung Woojin.

BRUUSSSHH!!

Guncangan semakin hebat. Mereka terhuyung dengan wajah panik. Tak terkecuali Minho yang sedikit kewalahan mengatur stir kemudi agar kapal tetap seimbang.

"Felix, coba kau gunakan teropongmu untuk memastikannya," titah Bang Chan tanpa menoleh.

Tapi bukannya menurut, Felix malah terdiam memandangi teropong di tangannya. Rasa ragu bercampur takut kembali menyelimuti.

"Yakk! Kau ini kenapa? Cepat gunakan teropongmu!" Jisung gemas.

Changbin pun yang bertempat di dekat Felix langsung mengambil alih benda itu. Membuat Felix tersentak kaget.

"Changbin ja-jangan, biar aku saj---"

Terlambat!

Changbin sudah mendekatkan lensa teropong itu ke matanya.

Felix berdebar dan memucat.

"Ya, Woojin benar. Daratan sudah terlihat di ujung sana," jelas Changbin. Lantas mengembalikan teropongnya lagi ke tangan Felix.

"Changbin kau … kau tidak melihatnya?" Felix masih dalam kondisi jantung yang berpacu lebih cepat. Merasa aneh.

"Kau tidak mendengarku? Aku melihat daratan. Kita akan sampai sebentar lagi," jawab Changbin santai. Tapi saat merasakan sesuatu yang janggal pada sahabatnya, ia menatap intens. "Ada apa denganmu? Kenapa wajahmu pucat sekali?"

Felix bergeming dengan pandangan kosong.

Kali ini Changbin bergerak menepuk bahunya keras. "Felix!"

PRAAKKKH!

Tersentak kaget, Felix tak sengaja menjatuhkan teropongnya lagi. Hingga kembali menarik perhatian para penghuni ruang komando.

"Astagaaa, anak ini." Woojin mengelus dadanya.

"Kalau tidak berniat membantu, sebaiknya kau kembali ke kursi penumpang sana," Bang Chan mulai geram. "Fokus kita jadi terbagi karena suara gaduh yang kau hasilkan."

Changbin yang merasa telah membuat Felix menjadi pihak tersudutkan jadi merasa bersalah. Ia langsung berucap pelan, "Sepertinya kau butuh istirahat. Kembalilah ke tempat Hyunjin. Mereka semua yang ada di sini akan mengerti."

Bukan maksud Changbin untuk mengusir. Hanya saja … dalam hatinya benar-benar tidak tega melihat Felix kehilangan fokus dengan wajah yang kian pucat. Bahkan dari dekat sini ia mendapati keringat dingin mengucur di pelipis lelaki itu.

BREAK AND DEATH ||StrayKidsWhere stories live. Discover now