23. Maze of Memories

289 52 7
                                    

"Kenapa tidak memberitahuku kalau punya kemampuan bisa melihat hal tak kasat mata?" Yohan langsung menyerbu Yena dengan pertanyaan. "Dan kau ... kau mengenal Siyeon?"

"Aku melihatnya saat di daratan tinggi pantai Geongdo. Dia sudah menyelamatkan aku, dan teman-temanku di sana." Tak beda jauh dari Yohan. Kedua manik Yena berkaca memandang kebisuan Siyeon dari balik pembatas sebening air yang memisahkan mereka.

Lalu isakan lirih terdengar dari bibir Yohan. Kesedihan telah meruntuhkan pertahanannya. "Itu tempat dimana dia meregang nyawa."

Memori kelam yang diurainya memicu suara tangis memilukan dari diri Siyeon. Meski tak dapat melihat, Yohan bisa mendengarnya dengan jelas. Terlebih Yena.

"Kumohon, jangan menangis," pinta Yohan. Meski ia sendiri tidak bisa menahan air yang terus meluncur di sudut matanya.

Belum ada satu pun kata yang keluar dari hantu berparas cantik tersebut. Niatnya ingin menyapa Yohan seperti biasa di tempat mereka berpijak saat ini. Ia justru dibuat bungkam dengan keberadaan Yena di sana, juga kesedihan Yohan yang merambat dan menusuk relung hatinya.

Yang Siyeon ingat terakhir kali melihat Yohan menangis, itu di detik saat seluruh jiwanya berpindah alam seperti sekarang. Sebelum semuanya semakin membuat Yohan terpukul, ketika lelaki itu terpisah dengan dua orang temannya yang lain. Yakni Jaemin, dan Ryujin.

Telapak tangan Siyeon terulur menyentuh batas di depannya. Seolah tengah merangkum wajah Yohan dari jarak dekat.

Yena yang dibuat tertegun pun langsung meraih tangan Yohan. Memposisikan agar tangan lelaki itu ikut terulur ke depan. Membuat telapak mereka seperti saling menyentuh saat ini. Meski tak ada yang bisa merasakan apa pun satu sama lain.

"Siyeon ada di depanmu, Yohan. Dia sedang menatapmu," ucap Yena sebelum kembali memberi jarak.

Yohan segara fokus dengan apa yang ada di hadapannya. Pupil matanya terlihat bergerak tak tentu arah. Berbeda dengan Siyeon yang memandangnya telak.

"Aku merindukanmu, Lee Siyeon.."

Hantu itu membalas dengan suara gemetar. "Aku lebih merindukanmu." Wajah pucatnya mengulas senyum sendu. "Kita akan bertemu sampai takdir yang menentukan. Berjanjilah padaku untuk tetap bertahan, Yohan. Aku selalu berusaha mencari cara agar bisa mengeluarkanmu dari sini. Tapi maaf ... untuk sekarang, aku masih belum bisa melakukannya."

"Tidak ada yang tidak mungkin." Bukan maksud Yena untuk merusak suasana penuh haru kedua makhluk beda alam itu. Ia menyela agar bisa memangkas keputusasaan mereka saat ini. "Bisakah kau memberi satu kebaikan lagi untukku, Siyeon? Jika tidak untukku, lakukan ini untuk sahabatmu. Yohan."

Gurat tanya di diri Siyeon dan Yohan tersirat jelas. Mencari tahu maksud dari ucapan Yena, tanpa sadar masing-masing tangan mereka pun terlepas.

Sampai Yena mengimbuhkan. "Aku tahu, bagaimana cara agar bisa keluar dari tempat ini." Sejenak ia menggigit bibir bawahnya. "Hanya kau yang bisa kutemui sekarang. Semua tergantung padamu."

Kemudian Siyeon membalasnya dengan suara penuh tekad. "Katakan padaku. Apapun, akan kulakukan untuk kalian. Untukmu dan Yohan."

■□■□■

Vila tampak sangat sepi. Begitu lengang tanpa ada suara ribut para pemuda yang biasanya membuat kegaduhan. Jika tak ada satu pun orang di sana, Siyeon berpikir bahwa mereka tengah keluar dari vila untuk ... mencari Yena?

"Paman Jaesang!"

Pria yang kini sibuk memotong rumput di halaman langsung menoleh. Tiba-tiba wajahnya berubah kaku melihat kedatangan Siyeon.

BREAK AND DEATH ||StrayKidsWhere stories live. Discover now